Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harta yang Membanggakan

11 Januari 2021   12:53 Diperbarui: 11 Januari 2021   13:05 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini cerita singkatnya. Tiga orang anak, si sulung ( laki -- laki ) berdomisili di Bandar Lampung, dengan dikaruniai anak 2 orang yang semuanya laki -- laki. Si Penengah ( perempuan ) berdomisili di Sangatta Kaltim, dengan dikaruniai anak 2 orang yang semuanya juga laki -- laki. Si bungsu ( laki -- laki ) berdomisili di Pamulang Tangerang Selatan, dikaruniai anak 3 orang dengan komposisi laki -- laki, perempuan, laki -- laki ( istilah Jawa = sendang kapit pancuran ).

Cerita yang membuat penulis dapat menitikkan air mata bahagia, justru berasal dari cucu anak pertama si bungsu, sebagai berikut. Sekitar 3 tahun yang lalu cucu ini baru duduk di sekolah Taman Kanak -- Kanak, kelas nol besar di Pamulang. Saat itu bulan Ramadhan, dan meski masih kecil tetapi si cucu juga ikut berpuasa, mengikuti orang tuanya. Oleh papanya si cucu diajak ke Pamulang Square, karena disana ada tempat bermainnya. Ya kejadian saat di Pamulang Square inilah si bungsu menceritakan anaknya kepada penulis, via WA sebagai berikut.

Usai bermain kemudian si cucu diajak keliling, melihat -- lihat keadaan yang ada dalam Pamulang Square. Saat berkeliling itu si cucu bilang sama papa-nya, pa itu kok sepertinya orang yang berjualan es teh disana ya? Oleh papa-nya dijawab, iya betul kak. Memangnya kakak mau minum es teh? Si cucu menjawab, ya tidaklah pa, wong kakak lagi puasa kok.

Melalui WA nya si bungsu berkata kepada penulis, pa saya lalu mencoba bertanya lebih lanjut kepada kakak    ( anak sulungnya ) sebagai berikut. Kak, kalau di bulan Ramadhan begini, orang berjualan makanan dan minuman boleh tidak ya kak? Si cucu menjawab, ya boleh lah pa, kan yang tidak berpuasa juga banyak. Ada anak -- anak, ada orang sakit, ada orang yang sudah tua, dan banyak juga orang yang tidak beragama Islam. Begitu pa       ( penulis ) jawaban kakak, dalam WA si bungsu mengakhiri ceritanya.

Nah jawaban cucu yang saat itu baru sekolah di Taman Kanak - Kanak kelas nol besar itulah yang membuat penulis yang tidak lain adalah eyangnya merasa bangga, bahagia, sekaligus trenyuh atau terharu sampai -- sampai menitikkan air mata bahagia.

Mengapa penulis merasa trenyuh atau terharu, karena si cucu yang baru duduk di Taman Kanak -- Kanak kelas nol besar saja sudah dapat menggunakan nalarnya dengan baik, sehingga dapat memberikan jawaban dengan benar, dan tepat atas pertanyaan papanya.

Benarkah jawaban tersebut benar dan tepat? Mari kita kaji surat Al Baqarah ayat 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,  

Mari kita kaji dengan tenang setiap ayat Allah melalui roso pangroso (Jawa), agar dapat memahami makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi didalamnya, karena umumnya ayat Allah disampaikan dalam bentuk perumpamaan. Dalam ayat tersebut, yang diseru adalah orang -- orang yang beriman. Tolong dipahami, orang yang beriman itu bukan hanya orang Islam, tetapi saudara kita yang non Islam-pun orang -- orang beriman. Kalau seruan itu khusus untuk penganut Islam, tentu akan berbunyi: Hai orang -- orang Islam.

Berikutnya mari kita kaji perintah, dan petunjuk selanjutnya: diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.....................   perintah dan petunjuk ini disampaikan kepada nabi Muhammad. Dengan demikian beliau diwajibkan berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang -- orang sebelum kamu... Artinya, beliau dan pengikutnya ( Islam ) diwajibkan berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang -- orang sebelum nabi Muhammad atau sebelum Islam.

Dengan memahami makna batiniyah ayat tersebut, kita harusnya ngerti kalau berpuasa itu diwajibkan bagi semua umat, baik umat nabi Muhammad maupun umatnya nabi -- nabi sebelumnya. Sudah barang tentu dengan tata cara yang berbeda, dan atau sesuai sarat rukun agama yang bersangkutan. Bukankah kita sudah akrab dengan kalimat lakum dinukum waliadin, yang artinya kamu agamamu, aku agamaku.

Mengapa semua umat, baik umat nabi Muhammad maupun umat nabi -- nabi sebelumnya diwajibkan berpuasa? Ya sebagaimana janji Allah dalam ayat yang terakhir itu ....... agar kamu bertakwa. Disini kita harus memahami juga, bahwa takwa itu bukan monopoli dari satu agama, tetapi berlaku untuk semua agama ( diuraikan dalam buku penulis dengan judul Menggapai Derajat Takwa ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun