Ayat kedua memerintahkan agar orang yang berslimut tadi segera bangun dan dirikanlah shalat. Ingatlah Allah, berdzikirlah kepada-Nya. Shalat malam itu banyak sekali manfaat dan hikmahnya, tapi hanya sedikit sekali manusia yang rutin melakukannya.
Jika dikaitkan dengan aktivitas menulis, maka ayat kedua ini bisa saja dimaknai begini: “Wahai orang-orang yang berselimut (kemalasan dan alasan lainnya)! Bangunlah untuk segera menulis karena Allah dan jangan sembarangan. Apa yang ditulis harus sesuai dengan Al-quran dan sunnah.”
“Sungguh, menulis itu banyak manfaatnya. Tapi sedikit sekali yang bisa konsisten melakukan.”
Kalimat di atas sudah saya gabungkan ayat satu dan duanya. Cukup masuk akal memang.
(Yaitu) separuh atau kurang daripada itu (Muzammil, ayat 3)
Ayat ketiga hanya menegaskan, bahwa sedikit sekali orang-orang yang bisa melakukan shalat malam.
Pun demikian dengan menulis. Semua yang ingin menjadi penulis, tentu saja paham bahwa konsisten menulis dan berlatih adalah hal penting. Tapi toh tidak banyak juga yang bisa menjalankan.
Terlalu banyak alasan dan malas.
Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah (Al-quran) dengan perlahan-lahan (Muzammil, ayat 4).
Di awal ayat keempat, Allah masih menegaskan lagi: sedikit sekali orang yang bisa menjalankan shalat malam. Yah, sebelas dua belas dengan aktivitas kepenulisan lah, atau aktivitas yang lainnya.
Lihat saja pada sebuah grup-grup atau komunitas-komunitas kepenulisan, dari sekian banyak anggota yang mendaftar, paling hanya 10 atau 20 persen saja yang tetap komitmen melakukan perbaikan dan terus menulis demi peningkatan kualitas yang dimilikinya.