Berbicara tentang pakaian, inipun dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan berlaku adil, terhadap diri sendiri. Hakekatnya pakaian, pertama sebagai pembeda antara manusia dengan binatang. Kedua, pakaian untuk menutup aurat. Ketiga dan seterusnya pakaian itu untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam pergaulan, mempercantik / memperkeren diri seiring dengan perkembangan mode pakaian terkini, dan lain – lain.
Pertanyaan. Apakah dengan pakaian yang sedemikian keren dan indah bagi sang wadag, secara otomatis juga memperkeren dan memperindah penampilan Sang Suci? Tidak, sama sekali tidak. Inipun luput dari pengamatan dan pengajian kita selama ini.
Memang benar pakaian itu indah, tetapi baru untuk sisi lahiriyah saja. Selama ini, tampaknya kita terlena dan terbius oleh keinginan – keinginan sang wadag saja. Lupa akan keinginan, apalagi memberi pakaian keren dan indah bagi Sang Suci. Jadi dalam hal berpakaian, umumnya kitapun belum dapat berlaku adil terhadap diri sendiri.
Bila dicermati uraian dalam makna berwudhu tadi, seolah – olah kita akan berbuat saja sepertinya sudah dibelenggu oleh diri sendiri. Memang benar! Perasaan seperti itu adalah wajar. Karena mengawali perbuatan baru dan berupaya meninggalkan perbuatan yang telah lama membudaya, tentu akan muncul perasaan seperti itu.
Tetapi bila sudah melangkah dengan membiasakan hal – hal baik kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dalam keseharian, insya - Allah perbuatan baik itu selanjutnya akan keluar secara spontan. Tanpa ada rasa berat, yang membelenggu atau membebani perasaan kita.
“ Hidup karena kebiasaan”. Mari kita mulai membiasakan atau membudayakan perbuatan baik, sesuai dengan apa yang telah diniatkan atau dijanjikan, walau hanya satu kata sekalipun. Insya-Allah dengan pembiasaan ini, secara bertahap dan pasti akan dapat mewujudkan satunya kata dengan perbuatan. Muara akhirnya akan membentuk diri, menjadi insan yang bertaqwa. Insya-Allah.
Taqwa inilah merupakan pakaian yang paling baik dan paling indah, diantara jenis pakaian yang dikenakan sang wadag. Surat Al A’raaf ayat 26. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untukmenutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda – tanda kekuasaan Allah, mudah – mudahan mereka selalu ingat.
Mari dirasakan kemudian berhijrah, agar kita dapat berlaku adil kepada diri sendiri. Apabila pakaian yang dikenakan telah dapat memperindah penampilan kedua unsur pembentuk manusia, berarti kita sudah dapat berlaku adil terhadap diri sendiri.
Perbuatan adil sebagaimana uraian tadi, bila telah mampu diamalkan atau diwujud – nyatakan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari - hari, merupakan pengejawantahan sifat dan kehendak Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. Atau dengan kata lain, kita telah mampu mengendalikan hawa nafsu dan sekaligus mengejawantahkan sifat-sifat ke-Illahian diri kita sendiri. Insya-Allah.
Mudah-mudahan suka cita dan kebahagiaan dalam menyambut Hari Kemenangan tahun 1437 H bertepatan dengan tanggal 6 Juli 2016, benar – benar dapat dirasakan secara paripurna. Artinya ungkapan rasa suka cita dan bahagia yang diwujudkan dengan makanan dan pakaian yang serba-serba tadi, benar dirasakan oleh lahiriyah dan batiniyah kita. Insya-Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H