Atas hasil kerja manusia berakhlak mulia dan berbudi luhur ini, tersedia ganjaran atau pahala baginya. Layaknya, sang Gatotkaca diganjar (pahala) menjadi raja para dewa, karena dapat membasmi musuh dewa, setelah digembleng di kawah candradimuka. Jadi ganjaran atau pahala itu, tempat memperolehnya bukan didalam kawah candradi muka atau bukan didalam kegiatan ritual itu.
Kapan kita akan menerima pahala? Ya kalau kita telah dapat mewujud – nyatakan atau mengamalkanhasil penggemblengan diri. Melalui kerja nyata, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baru Allah memberikan ganjaran atau pahalanya. Â
Sesungguhnya tiap – tiap manusia terikat dengan apa yang diperbuat atau dikerjakannya, dan bukan terikat dengan apa yang dibaca dan dihafalkannya. Surat Ath Thuur ayat 21. Dan orang – orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu  mereka  dengan  mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap – tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.                Â
Apabila telah dapat mengamalkan atau mewujud – nyatakan perintah dan petunjuk Tuhan melalui satunya kata dengan perbuatan, alangkah bahagianya hidup ini karena banyak orang yang termasuk dalam kelompok Al Hijr ayat 40  ( kelompok orang – orang mukhlis ). Atau dengan kata lain, kita tidak termasuk kedalam kelompok orang – orang yang dibenci Tuhan. Surat Ash Shaff ayat 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Disini tampaknya ada sesuatu, yang luput dari pengajian kita selama ini. Mestinya setiap ritual yang dilakukan, dipahami makna yang terkandung didalamnya. Sehingga setiap ritual yang dilakukan, dimaknakan sebagai wahana atau sebagai tempat penggemblengan diri  dalam membentuk manusia berakhlak mulia dan berbudi luhur.Â
Jadi pewujud – nyataan atau pengamalan perintah dan petunjuk Tuhan, hakekatnya merupakan upaya nyata memelihara kesucian diri, hati dan jiwa (Sang Suci). Bila asupan yang diberikan telah dapat menyehatkan kedua unsur pembentuk manusia, artinya seseorang tadi sudah dapat berlaku adil terhadap dirinya sendiri. Wal hasil hari kemenangan yang kita rayakan, benar – benar perayaan hari kemenangan secara paripurna ( lahir dan batin).
Pakaian. Dalam tulisan lain saya melontarkan sebuah tebakan, apa beda antara manusia dengan binatang. Singkat ceritanya, manusia mempunyai nurani, kalau binatang tidak. Oleh karena itu bila seseorang diminta untuk berjalan ditengah keramaian tidak memakai pakaian, tidak mau. Artinya, manusia mempunyai  rasa malu (nek waras).                        Â
Indonesia adalah Negara Besar yang sama – sama kita cintai dan banggakan. Terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau, dan tidak sedikit jumlah suku bangsa yang mendiami Negeri ini. Sudah barang tentu, memiliki adat dan budaya sendiri – sendiri. Mari saling menghormati, adat dan budaya yang ada di Nusantara ini.
Tidak perlu mengatakan adat dan budayaku yang baik, adat dan budayamu jelek. Kalau hal seperti ini yang ditumbuh kembangkan, Â sudah barang tentu akan terjebak tipu daya iblis. Akhirnya, diri kita sendirilah yang akan menjadi budak iblis.
Hendaklah seseorang berupaya tidak menjadi budak sang wadag atau lahiriyah, yang nyata – nyata dikendalikan hawa nafsu. Sebaliknya, manusia  wajib  melakukan  perang  suci  (jihad) terhadap hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis. Agar Sang Suci, dapat bertindak sebagaimana sifat dan kehendak-Nya.
Contoh sederhana, pakaian misalnya. Masing – masing daerah, mempunyai pakaian kebanggaan sendiri – sendiri. Sudah barang tentu menurutnya baik, tetapi menurut orang lain  belum  tentu  dikatakan  baik. Yang  penting,  tidak saling mencela. Hendaklah ditumbuh – kembangkan rasa saling menghormati dan saling menghargai adat istiadat diantaranya.