Namun acara makan di istana itu berbuntut panjang. Sebagian penulis kawakan yang tidak diundang merasa masygul. Mereka mempersoalkan kriteria pemilihan siapa saja yang diundang ke istana itu sebagai sesuatu yang tidak jelas. Masalah berlarut. Solusi dicarikan. Tapi tetap saja menyisakan kekecewaan. Sebagian penulis asli lalu ikut hengkang.
Demikianlah 10 sebab Kompasiana  kehilangan penulis-penulis terbaiknya. Mungkin masih ada sebab-sebab lain. Yang mengetahui boleh menambahkannya di kolom komentar.
Tetapi bukanlah berarti bahwa Kompasiana kini mutlak dihuni oleh para penulis abal-abal. Tidak juga. Masih tersisa segelintir Kers bagus di K. Tetapi dibandingkan bertahun lalu, komposisi penulis di Kompasiana kini harus diakui memang terbilang memprihatinkan.
Dulu saya membaca sekitar 20 persen artikel yang judulnya sudah saya lihat. Tetapi sekarang, terkadang dalam satu malam saya tidak membaca satu pun tulisan di Kompasiana. Tidak ada yang menarik untuik dibaca. Tidak ada yang unik. Tidak ada yang bermanfaat.
Ya udah, segitu aja. Yang mau bercermin, silahkan. Yang mau membully juga monggo. Aku ra po po. Ora keroso. Ora nelongso. Sak karepmu kono.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI