Ludah!
Sudah sekitar enam bulan ini otak Jamal macam sudah senget. Suatu hari, tiba-tiba saja ia merasa ingin meludahi wajah perempuan. Terutama yang hitam manis. Mungkin karena Jamal kecewa dan sakit hati kepada perempuan hitam manis macam Soraya, Lili, Zubaidah, atau Nuraisah. Mereka semua tak menjawab pinangannya.
Terlalu. Kurang apa Jamal? Apa ia kurang kaya, kurang lawa, kurang ilmu? Sayangnya, semua itu betul. Jamal cuma pedagang kain yang tak kaya tak pula miskin, lawa sedikit, tak makan sekolah tinggi. Pun tak pandai mengaji. Lain dengan Ahmad, budak Kolong Enam. Walau hanya lulus ST, Ahmad pandai mengaji. Berkali-kali menang musabaqah. Dia sudah berbini sekarang. Lain pula dengan Sudin. Jamal lebih lawa, tapi Sudin anak orang kaya. Dia pun sudah berbini sekarang. Dua pula.
Hasrat yang janggal bin kurang ajar ini menyiksanya. Tiap kali berjumpa perempuan hitam manis, ia tak dapat menahan diri. Ia sungguh ingin mendekat dan meludahi muka perempuan itu. Maka dari itu, cepat-cepat Jamal menjauh. Jangan sampai ia meludahi, Bisa mati ia kena tumbuk orang sekampung.
Makin hari hasrat gila ini makin teruk. Sekarang tiap kali berjumpa perempuan, entah hitam manis entah tidak, Jamal ingin meludahi wajahnya. Sudah kena sampuk mambang mana dia? Pernah ia tanya kepada Wak Haji Fadli, guru ngajinya semasa kecil dulu. Menurutnya Jamal sudah kemasukan jin. Mesti dirukyah. Jamal tanya pula Dokter Herman, dokter perusahaan tambang bauksit. Ia bercerita panjang, tapi Jamal kurang paham.Â
Dorongan untuk sering meludah ialah gangguan yang wajar. Pada perempuan yang tengah hamil, hasrat ingin terus meludah mungkin tersebab oleh perubahan hormon. Pada orang awam, dorongan untuk sering meludah dapat berasal dari berbagai sebab. Tapi ingin meludah tepat di wajah perempuan? Mungkin Jamal mengalami cedera psikologis, kata Dokter Herman. Benda macam apa pula itu?
Kelakuan Jamal yang terus menghindar setiap berjumpa perempuan sudah menjadi pergunjingan orang ramai. Dia dikatakan macam-macam. Ada yang bilang ia tak lagi menyukai perempuan. Beberapa perempuan, daripada hindari, lebih dulu menghindari setiap berpapasan dengan Jamal. Beberapa perempuan lain malahan sengaja menggodanya.Â
Setiap kali Jamal menghindar, mereka mengejar. Yang paling teruk ialah ketika ada perempuan yang masuk ke toko kain miliknya bersama Heri, sahabatnya, Nama dia sebenarnya Zuhairi. Terpaksa Jamal bersembunyi atau lari ke kedai kopi. Kasihan Heri, terpaksa melayani pembeli seorang diri. Belum lagi sebagian pembeli tersinggung melihat ulah Jamal.
"Engkau ni, kenape?" tanya Heri.
"Entahlah, Ri."
"Tak elok lah tinggalkan pelanggan macam tu."