Ayah tersenyum.
"Anggap saja dia dah mati. Kau tak akan pernah menemuinya lagi. Kalau pun berjumpa, kau tak akan mengenalinya. Â Tak akan."
Tak jelas sangat apa yang Ayah maksudkan. Tapi dapat kupastikan, Gi masih hidup. Lega sungguh.
"Sampaikan terima kasihku kepada Gi."
Ayah tersenyum lagi.
"Pulanglah. Emak rindu."
Aku memeluk lelaki yang hampir purna tugas itu. Erat. Hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!