Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Cerita untuk Elsa

12 September 2020   18:30 Diperbarui: 12 September 2020   18:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Engkau ingat kan, pakcik dan makcik engkau ni tak ada anak. Tak ada pula saudara dekat." Ia menghela napas.

"Kami berdua dah sepakat nak mewariskan kedai ini kepada mereka yang sedari dahulu membantu kami. Elsa dan adik-adiknya. Mereka pun dah kami anggap macam anak kami sendiri."

Mendengar namamu disebut, jantungku berdegup sangat kencang. Seperti dapat menangkap apa yang bergemuruh di dadaku, Pakcik Ramli berujar,

"Engkau nak jumpa Elsa, kan. Ha, tunggulah. Kejap lagi dia datang."

Aku tersipu. Mengangguk kecil. Salah tingkah. Dapat kau bayangkan betapa lucunya lelaki usia tiga puluh tiga salah tingkah?

"Dia yang pegang keuangan kedai ini. Tapi itulah budak perempuan satu tu. Asik je nak keje. Tak kawin-kawin."

Jantungku bahkan kini berdegup jauh lebih kencang lagi. Macam hendak lepas dari rongga dada. Sepertinya Pakcik Ramli menyimpan suatu maksud melalui ucapannya yang terakhir itu, dan betul saja...

"Ardi. Engkau jangan marah ye. Kalaupun engkau dah ada bini, ambillah Elsa jadi bini engkau..."

Aku tersenyum. Atau aku tak tersenyum? Entahlah. Aku salah tingkah. Pakcik Ramli, masih seperti dulu. Inginkan kita bersama. Tiba-tiba aku tersentak. Pakcik bersuara agak keras,

"Udin, kau tengok ke bawah. Kalau kak Elsa dah sampai, suruh dia naik atas ye."

"Iye, Paklong," jawab seorang anak muda yang segera turun ke lantai bawah. Kenapa pula dia memanggil Paklong? Aku tak tahu dan tak pula ingin tahu. Aku sedang sibuk dengan perasaanku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun