1. Tantangan Persaingan dalam MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berusaha mengintegrasikan ekonomi dengan membentuk sistem perdagangan bebas antar negara-negara anggota ASEAN. Menjadi tantangan bagi setiap negara, MEA bertujuan membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif. Persaingan tak hanya terbatas pada produk dan jasa, melainkan juga melibatkan sumber daya manusia yang memiliki peran krusial dalam kemajuan negara. Sumber daya manusia harus memiliki daya saing tinggi menghadapi MEA, di mana pesaing untuk pekerjaan berasal tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari kawasan ASEAN yang bersiap memasuki Indonesia.
Pengguna jasa tenaga kerja tidak hanya menuntut keahlian tinggi, melainkan juga soft skill yang penting. Menurut National Association of Colleges and Employers Hendrawan dkk (2012:67), pengguna tenaga kerja umumnya membutuhkan 82% soft skills dan 18% hard skills. Meski demikian, Indonesia menghadapi sejumlah masalah terkait MEA, termasuk tingginya pengangguran terselubung, rendahnya jumlah wirausahawan baru, dominasi pekerja tak terdidik, ketidaksesuaian lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi, dominasi sektor informal yang belum mendapat perhatian optimal, tingginya angka pengangguran di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, ketidaksiapan tenaga kerja terampil menghadapi MEA 2015, tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta masalah tenaga kerja Indonesia yang banyak bekerja di luar negeri.
2. Urgensi Pendidikan dalam Menghadapi MEA
Dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia dihadapkan pada permasalahan krusial yang memerlukan solusi untuk meningkatkan daya saingnya. Becker menyatakan bahwa modal bukan hanya terbatas pada uang atau rekening bank, melainkan juga mencakup pendidikan seperti sekolah, kursus pelatihan, pengeluaran perawatan medis, dan kuliah.
Konsep human capital mencerminkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh angkatan kerja. Pengembangan sumber daya manusia menjadi fokus utama dalam pertumbuhan ekonomi, seperti yang terlihat di kawasan Asia Timur yang berhasil menjadi eksportir kompetitif dalam waktu singkat berkat penekanan pada pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dianggap sebagai indikator kunci bagi kesuksesan sosial dan ekonomi seseorang. Untuk membangun masyarakat, pentingnya pendidikan sebagai modal manusia yang berupa aspek ekonomi kualitatif, dikenal sebagai human capital, sangat vital.
Beberapa faktor yang menunjukkan perlunya meningkatkan tingkat pendidikan meliputi ekspansi pengetahuan masyarakat, penguasaan keterampilan teknis untuk mengelola perusahaan modern, dan dorongan untuk menciptakan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu dibiayai unsur-unsur seperti sumber daya manusia, kurikulum dan instruksi, standar keunggulan dalam desain dan implementasi operasional, teknologi, pemasaran, layanan pelanggan, dan manajemen.
Pendidikan berkualitas tinggi terlihat dari nilai tambahnya bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan tersebut. Penguatan sumber daya manusia dapat dicapai melalui reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan, yang diakui oleh Solow dan diakui bahwa pendidikan adalah daya dorong pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih cenderung inovatif dalam teknologi, dan faktor pendidikan menentukan kemampuan tenaga kerja untuk memanfaatkan teknologi baru.
Perkuatan pendidikan perlu diwujudkan dalam kedua jalur, formal dan non-formal. Pendidikan formal harus dirancang sedemikian rupa agar tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap terjun ke pasar tenaga kerja, tetapi juga mendorong terciptanya lulusan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Sementara itu, pendidikan non-formal, melalui seminar, workshop, dan kursus singkat, perlu diperkuat dan dimaksimalkan fungsinya, seperti melalui balai latihan kerja (BLK) yang sudah ada di setiap daerah.
Penguatan dalam sektor pendidikan akan mendukung sektor ketenagakerjaan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi MEA. Pendidikan, sebagai bentuk investasi, memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup, kualitas manusia, dan pendapatan nasional.