ABSTRAK
Pendidikan memiliki peran sentral dan berfungsi sebagai modal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebagai alternatif dalam pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kualitas sumber daya manusia diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan dan pertumbuhan negara. Peningkatan SDM menjadi krusial untuk meningkatkan keunggulan kompetitif negara. Teknik analisis penelitian ini melibatkan interpretasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif (penalaran kritis). Perguruan tinggi tidak hanya berperan dalam mencetak lulusan berkecerdasan intelektual (hard skill), tetapi juga harus mampu melahirkan lulusan dengan kemampuan tambahan (soft skill). Paradigma lulusan perlu diubah dari job seeker menjadi job creator. Perlu diperkuatnya sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mendukung perekonomian nasional. Diperlukan sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan intelektual agar tujuan negara dapat tercapai. Kata Kunci: Pendidikan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
PENDAHULUAN
Perubahan merupakan realitas yang tak bisa dihindari. Globalisasi yang semakin cepat mendorong kita untuk terus beradaptasi. Perubahan menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan modal yang memadai untuk bersaing secara global. Menuju akhir tahun 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan resmi diberlakukan, tanpa batasan antar negara di kawasan ASEAN. Persaingan yang semakin terbuka mendorong setiap negara untuk memiliki keunggulan komparatif dan absolut agar tetap eksis di MEA. Namun, Indonesia dihadapkan pada beberapa masalah, antara lain tingginya pengangguran terselubung, kurangnya wirausahawan baru, dominasi pekerja tak terdidik, dan ketidaksesuaian lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Dalam menghadapi MEA, pentingnya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bersaing tinggi menjadi fokus utama. Investasi dalam sektor pendidikan, baik formal, non-formal, maupun informal, menjadi langkah krusial. Hal ini membuka peluang bagi SDM untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri melalui pendidikan sebagai investasi intangible. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggambarkan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik.
Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak. Guru diharapkan memberikan ruang eksplorasi kepada siswa agar mereka dapat membangun kerangka pengetahuan yang utuh melalui pengalaman, sehingga tercipta makna dalam belajar.
MEA, singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN, merujuk pada integrasi ekonomi ASEAN melalui pembentukan sistem perdagangan bebas antar negara anggota. Blueprint ASEAN Economic Community (2008:6) menggambarkan MEA sebagai pasar tunggal dan basis produksi bersama, wilayah ekonomi yang sangat kompetitif, pembangunan ekonomi yang adil, dan integrasi penuh ke dalam ekonomi global. Jika dilihat secara positif, MEA dapat mengurangi kesenjangan ekonomi di ASEAN dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi hambatan perdagangan. Ini akan berdampak positif pada peningkatan ekspor dan GDP Indonesia.
METODE
Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif, di mana latar alamiah digunakan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi. Pendekatan ini melibatkan metode yang ada, dengan tujuan agar hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam menafsirkan fenomena tersebut. Dalam hal ini, digunakan pendekatan penalaran kritis sebagai teknik analisis untuk memastikan hasil penelitian dapat menginterpretasikan fenomena yang ada. Teknik analisis penelitian ini melibatkan interpretasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif (penalaran kritis).
Jenis dan sumber data diperoleh dari buku literatur dan jurnal terkait secara induktif. Analisis secara induktif digunakan untuk menemukan kenyataan-kenyataan umum dalam data, memperkuat hubungan antara peneliti dan responden agar lebih eksplisit, dapat dikenali, dan dapat dipertanggungjawabkan.
PEMBAHASAN
1. Tantangan Persaingan dalam MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berusaha mengintegrasikan ekonomi dengan membentuk sistem perdagangan bebas antar negara-negara anggota ASEAN. Menjadi tantangan bagi setiap negara, MEA bertujuan membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif. Persaingan tak hanya terbatas pada produk dan jasa, melainkan juga melibatkan sumber daya manusia yang memiliki peran krusial dalam kemajuan negara. Sumber daya manusia harus memiliki daya saing tinggi menghadapi MEA, di mana pesaing untuk pekerjaan berasal tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari kawasan ASEAN yang bersiap memasuki Indonesia.
Pengguna jasa tenaga kerja tidak hanya menuntut keahlian tinggi, melainkan juga soft skill yang penting. Menurut National Association of Colleges and Employers Hendrawan dkk (2012:67), pengguna tenaga kerja umumnya membutuhkan 82% soft skills dan 18% hard skills. Meski demikian, Indonesia menghadapi sejumlah masalah terkait MEA, termasuk tingginya pengangguran terselubung, rendahnya jumlah wirausahawan baru, dominasi pekerja tak terdidik, ketidaksesuaian lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi, dominasi sektor informal yang belum mendapat perhatian optimal, tingginya angka pengangguran di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, ketidaksiapan tenaga kerja terampil menghadapi MEA 2015, tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta masalah tenaga kerja Indonesia yang banyak bekerja di luar negeri.
2. Urgensi Pendidikan dalam Menghadapi MEA
Dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia dihadapkan pada permasalahan krusial yang memerlukan solusi untuk meningkatkan daya saingnya. Becker menyatakan bahwa modal bukan hanya terbatas pada uang atau rekening bank, melainkan juga mencakup pendidikan seperti sekolah, kursus pelatihan, pengeluaran perawatan medis, dan kuliah.
Konsep human capital mencerminkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh angkatan kerja. Pengembangan sumber daya manusia menjadi fokus utama dalam pertumbuhan ekonomi, seperti yang terlihat di kawasan Asia Timur yang berhasil menjadi eksportir kompetitif dalam waktu singkat berkat penekanan pada pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dianggap sebagai indikator kunci bagi kesuksesan sosial dan ekonomi seseorang. Untuk membangun masyarakat, pentingnya pendidikan sebagai modal manusia yang berupa aspek ekonomi kualitatif, dikenal sebagai human capital, sangat vital.
Beberapa faktor yang menunjukkan perlunya meningkatkan tingkat pendidikan meliputi ekspansi pengetahuan masyarakat, penguasaan keterampilan teknis untuk mengelola perusahaan modern, dan dorongan untuk menciptakan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu dibiayai unsur-unsur seperti sumber daya manusia, kurikulum dan instruksi, standar keunggulan dalam desain dan implementasi operasional, teknologi, pemasaran, layanan pelanggan, dan manajemen.
Pendidikan berkualitas tinggi terlihat dari nilai tambahnya bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan tersebut. Penguatan sumber daya manusia dapat dicapai melalui reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan, yang diakui oleh Solow dan diakui bahwa pendidikan adalah daya dorong pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih cenderung inovatif dalam teknologi, dan faktor pendidikan menentukan kemampuan tenaga kerja untuk memanfaatkan teknologi baru.
Perkuatan pendidikan perlu diwujudkan dalam kedua jalur, formal dan non-formal. Pendidikan formal harus dirancang sedemikian rupa agar tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap terjun ke pasar tenaga kerja, tetapi juga mendorong terciptanya lulusan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Sementara itu, pendidikan non-formal, melalui seminar, workshop, dan kursus singkat, perlu diperkuat dan dimaksimalkan fungsinya, seperti melalui balai latihan kerja (BLK) yang sudah ada di setiap daerah.
Penguatan dalam sektor pendidikan akan mendukung sektor ketenagakerjaan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi MEA. Pendidikan, sebagai bentuk investasi, memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup, kualitas manusia, dan pendapatan nasional.
3. Peran Manajemen Pendidikan sebagai Faktor Pendukung Menghadapi MEA
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah, bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat dengan kemampuan akademik dan/atau profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, di mana universitas sebagai bentuk perguruan tinggi terdiri dari beberapa fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu tertentu.
Perguruan tinggi bukan hanya alat penyedia tenaga kerja, melainkan juga menjadi wahana untuk mewujudkan cita-cita pembebasan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai jalan menuju pembebasan yang terdiri dari dua tahap: pertama, kesadaran manusia akan pembebasan melalui praksis yang mengubah keadaan, dan kedua, proses tindakan kultural yang membebaskan. Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi juga menciptakan lulusan yang mampu membuka lapangan pekerjaan dan memiliki pemikiran kritis transformatif.
Perguruan tinggi berkontribusi pada pembentukan human capital yang memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi MEA. Shumpeter menekankan bahwa inovasi, sebagai motor produktivitas, diperlukan untuk menciptakan manusia berkualitas. Inovasi, dengan kreativitas tinggi, harus berorientasi global menurut Stigliz. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, sebagai perhatian utama, dapat dipercepat melalui investasi dalam human capital yang disusun secara sistematis.
Manajemen Pendidikan menjadi program yang mendukung perubahan paradigma dari job seeker menjadi job creator. Program ini menyediakan mata kuliah yang mendukung lulusan untuk memiliki orientasi sebagai job creator, dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan, ekonomi, dan kewirausahaan. Manajemen Pendidikan dapat melahirkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft skills.
Kemampuan kewirausahaan yang dimiliki lulusan dapat mendorong mereka untuk tidak hanya menjadi pelamar kerja, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan. Lulusan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan. McClelland mencatat bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur jika memiliki jumlah wirausahawan sebanyak dua persen dari total populasi penduduk.
Kemajuan wirausaha di Indonesia akan berkontribusi pada kemakmuran negara. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam pembangunan dan pertumbuhan negara, seperti yang terlihat pada negara maju seperti Jepang, Jerman, Prancis, dan Kanada. UMKM dijadikan motor penting dalam pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres teknologi.
Semakin majunya teknologi akan mendorong individu untuk terus melakukan inovasi. Melalui inovasi, dapat merubah orientasi dari menjadi importir menjadi ekspor. Namun, bagi UMKM, berorientasi ekspor tidaklah tanpa tantangan. Beberapa masalah yang dihadapi mencakup:
a. Terdapat hambatan-hambatan kelembagaan dan bisnis yang sulit dipecahkan oleh UMKM, karena:
- Kurangnya akses yang kuat ke pasar ekspor dan kurangnya informasi mengenai peluang pasar global serta persyaratan yang diperlukan.
- Kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang berlangsung cepat di pasar ekspor.
- Risiko besar terkait pembayaran dan penipuan produk ekspor, khususnya risiko pembayaran yang terlambat yang dapat merugikan perusahaan ekspor kecil yang bergantung pada pembiayaan harian.
- Biaya yang signifikan terlibat dalam kegiatan ekspor langsung, yang banyak UMKM tidak mampu tanggung karena keterbatasan modal kerja.
b. Tantangan Finansial
- Modal yang dimiliki oleh sebagian besar UMKM, terutama Usaha Mikro, sangat terbatas, mencakup tidak hanya modal kerja tetapi juga modal investasi.
- UMKM seringkali kurang mendapat dukungan yang memadai dari lembaga-lembaga keuangan dan penjaminan yang ada di Indonesia.
- Untuk mendukung para wirausahawan muda yang baru memulai usaha, dukungan diperlukan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
Ketiga elemen ini saling terkait satu sama lain; inovator yang berhasil membuka lapangan pekerjaan, menyerap tenaga kerja, dan mencapai pemerataan pendapatan perlu dijaga oleh pemerintah melalui kebijakan yang mendukung pengembangan usaha. Bisnis besar dapat mendukung perkembangan usaha kecil, dan sebaliknya. Ada hubungan simbiosis mutualisme di antara ketiga elemen ini, yang dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Usaha kecil yang baru tumbuh mendapat dukungan dari pemerintah dalam bentuk kemudahan mendirikan usaha dan bantuan modal. Usaha besar memanfaatkan usaha kecil untuk memperoleh bahan baku setengah jadi yang kemudian diolah lebih lanjut dalam usaha besar, sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar global. Dengan meningkatnya produktivitas dalam ekspor, hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan negara melalui devisa, yang pada gilirannya akan mendukung pembangunan dan pertumbuhan negara secara keseluruhan.
PENUTUP
Kesimpulan:
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan adalah suatu keadaan yang tak terhindarkan dan memerlukan penyesuaian agar mampu bersaing. Pendidikan memegang peran krusial dalam membentuk human capital yang mampu menghadapi dinamika perubahan. Sebagai investasi, pendidikan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup, manusia, dan pendapatan nasional. Perguruan tinggi tidak hanya bertugas menghasilkan lulusan dengan kecerdasan intelektual (hard skill), melainkan juga harus mampu melahirkan individu dengan keterampilan tambahan (soft skill). Transformasi paradigma lulusan dari pencari pekerjaan (job seeker) menjadi pencipta lapangan kerja (job creator) menjadi kunci penting. Penguatan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diperlukan untuk mendukung perekonomian bangsa, dengan sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan intelektual untuk mencapai tujuan negara.
Rekomendasi:
- Meningkatkan penguatan sektor pendidikan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan, memastikan investasi pendidikan mencapai tujuannya dengan efektif.
- Merubah sistem pendidikan agar tidak hanya mencetak tenaga kerja siap pakai, melainkan mempersiapkan setiap lulusan untuk berwirausaha.
- Menciptakan sinergi antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memastikan implementasi yang baik dan berdampak pada kemajuan negara.
Nama Lengkap Penulis: Bagus Dwi Atmoko, Aida Aziza
Program Study Manajemen fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Email: sutisnamail50@gmail.com, aidaazizah@unissula.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Asean Economic Comunnity Blueprint. Jakarta : Asean Secretariat, Januari 2008.
Darmaningtyas. Pendidikan yang Memiskinkan. 2004. Yogyakarta: Galang Press
Gary S. Becker, The Concise Enclicopedia Of Economic “Human Capital”. http://www.econlib.org/library/enc/humancapital.html. Diakses Pada Senin, 14 September 2015. Pukul 20.45.Gary S. Becker. Human Capital: A Theoretical And Empirical Analysis, With Special Reference To Education, Second Edition, Part Investment In Human Capital: Effects On Earnings. 1975. www.nber.org/chapters/c3733.pdf
Flora, Cornelia Butler, Jan L. Flora, Stephen Gasteyer. Rural Communities: Legacy + Change. 2015. Westview Press : Amerika Serikat
Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. 2005. Continuum: New York.
Hendrawan, Sanerya, Indraswari, dan Sylvia Yazid. Pengembangan Human Capital. Perspektif Nasional, Regional dan Internasional. 2012. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Hubeis ,Musa. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis. 2009. Bogor : Ghalia Indonesia.
Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 16 November 2013 “Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic Development (EED) dalam rangka Ketahanan Nasional”
Materi Seminar Kementerian Perdagangan Indonesia, “Menjadi Pemenang Pada Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015
Suhardan, Dadang, Riduwan dan Enas. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. 2012. Alfabeta : Bandung.
Tambunan, Tulus T.H. UMKM di Indonesia. 2009. Bogor : Ghalia Indonesia.
Theodore W. Schutz. The America Economic Review “Investment In Human Capital” Vol. 51. No. 1. March 1961. Pp. 1-17.
Thinking Globally, Prospering Regionally – Asean Economic Community 2015 Jakarta: Asean Secretariat, April 2014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-pers/ummi-pelajari-persiapanindonesia-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-tahun-2015/ dikases Senin, 5 Oktober 2015. Pukul 19.50.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H