Mohon tunggu...
Indra Trisnajaya
Indra Trisnajaya Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang Konselor/ Konsultan

Secara umum lebih tertarik pada humor, kajian filsafat dan hiburan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kilas Kritik Program BKKBN di 2019

15 Januari 2020   09:27 Diperbarui: 15 Januari 2020   16:05 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jika BKKBN berani membuat terobosan dengan menjalin kemitraan penuh dengan institusi pendidikan dan keluarga dalam membidik sasaran generasi muda Indonesia, maka adalah suatu  keniscayaan jika tujuan membentuk keluarga berkarakter menuju Indonesia sejahtera dapat terwujud. 

Hal ini akan menjadi sangat sempurna karena unsur-unsur pendidikan karakter dipadu dengan pembelajaran generasi berencana di Pusat Informasi dan Konseling di sekolah-sekolah atau di lembaga non formal lain.

Generasi muda Indonesia nantinya akan sangat paham dampak negatif penyalahgunaan obat terlarang. Mereka juga sadar akan bahaya penularan HIV AIDS dan infeksi menular seksual. 

Selain itu remaja kita bisa mengisi kegiatan luangnya dengan hal yang produktif melalui program pengembangan diri, kecakapan hidup yang ada di PIK. 

Konsentrasi mereka setidaknya akan bergeser untuk peningkatan kualitas diri, tidak melulu memikirkan pacar, gengnya, seksualitas, tawuran. Karena di dalam diri mereka sudah terpatri nilai-nilai pendidikan karakter yang membedakan mereka dengan generasi gagal sebelumnya. 

Di samping itu mereka juga akan paham dan tahu pentingnya menjaga kualitas keluarga dengan dua anak cukup. Karena sedari awal sudah diberikan informasi dan sosialisasi kependudukan. Materi di PIK akan membuat mereka paham fungsi dan tujuan dari alat kontrasepsi serta penggunaannya di waktu dan tempat semestinya.

Karena mereka sudah dibekali dengan berbagai pengetahuan karakter dan kependudukan, maka nantinya mereka ini akan menjadi agen-agen perubahan yang bisa menduplikasikan pengetahuannya kepada lingkungan tempat mereka tinggal. 

BKKBN tidak perlu lagi bekerja keras untuk mencari akseptor baru, tidak lagi memboroskan triliunan rupiah untuk sosialisasi dan pengadaan alokon. 

Orang-orang nantinya akan secara sadar dengan sendirinya menjadikan KB (kontrasepsi) sebagai kebutuhan. Bahkan rela membayar untuk mendapatkannya. Karena mereka sudah paham dan yakin bahwa keluarga sejahtera yang berkualitas bukan ditentukan oleh kuantitas anggota keluarganya, tetapi ditentukan bagaimana mereka merencanakan, menentukan hidupnya dengan dua anak cukup. 

Penulis berharap dengan adanya rebranding BKKBN yaitu dengan logo dan tagline baru di 2020 ini pola dan strategi yang dijalankan harus berubah sesuai target market BKKBN: Generasi Milenial. 

Dengan harapan yang besar bahwa Milenial Indonesia mampu merencanakan kehidupannya, mengukir prestasi gemilang dengan cita-cita menciptakan keluarga berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun