Puncaknya adalah survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia juga menemukan 93 persen remaja pernah berciuman, dan 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan aborsi.
Dengan sedikit data dan fakta yang telah diungkapkan, sangat cukup dan beralasan jika penulis mengatakan bahwa generasi muda khususnya remaja Indonesia harus menjadi sasaran program strategis BKKBN yang wajib dikelola secara serius, simultan dan mendapat atensi penuh dari pemerintah dan segenap lapisan masyarakat.Â
Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika Indonesia diwarisi oleh generasi mudanya yang amburadul. Generasi gagal yang suka tawuran, seks, dan kriminal. Sangat pantas kiranya apa yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini merupakan cerminan gagalnya kita membentuk dan menanamkan pendidikan moral terhadap generasi muda Indonesia di masa lalu dan sekarang.
Sudah saatnya BKKBN mulai membidik generasi muda sebagai "sasaran tembak" programnya. Jangan hanya menjadi program pelengkap yang terkesan formalitas untuk dikerjakan.Â
Pendidikan karakter sangat efektif bila disemai pada lahan generasi muda dengan media tanam institusi sekolah dan keluarga. Pendidikan karakter merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk dapat memengaruhi karakter siswa atau remaja.Â
Menurut Kertajaya karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan "mesin" yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.Â
Sedangkan menurut KBBI karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.Â
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development. Terjemahan bebasnya adalah usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Dalam buku Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah Tahun 2009 disebutkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang perlu ditanam berupa religiusitas, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Menurut FW Foerster pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, adanya otonomi yang menghendaki anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya, serta berciri keteguhan dan kesetiaan.