Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meluruskan Pidie Kriet Bu Ie Geukira: Menghadirkan Harmoni Antara Tradisi dan Syariat Islam

31 Oktober 2024   03:47 Diperbarui: 4 November 2024   13:09 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edukasi dan Kesadaran Budaya sebagai Solusi Melawan Stigma

Stigma "Pidie Kriet" dapat diluruskan dengan pendidikan dan dialog antar budaya. Masyarakat luar yang lebih memahami konsep "Bu Ie Geukira" akan lebih menghargai bagaimana masyarakat Pidie menghormati tamu dan mengelola hubungan keluarga. Pendidikan, baik melalui formal maupun informal, menjadi kunci untuk membuka pemahaman yang benar.

Generasi muda Pidie dapat memainkan peran penting dalam hal ini. Dengan menggunakan platform digital dan media sosial, mereka dapat memperkenalkan konsep "Bu Ie Geukira" kepada masyarakat luas, menampilkan budaya yang kaya dan berakar pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian, masyarakat luar dapat melihat bahwa apa yang mungkin terlihat sebagai tindakan kikir sebenarnya adalah bentuk dari kebijaksanaan dalam berbagi.

Pandangan Ulama Terkait Pidie Kriet Bu Ie Geukira 

Ulama salaf, seperti Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Hanifah, juga mengajarkan pentingnya menghormati tamu sebagai bentuk ibadah. Mereka menyatakan bahwa tamu adalah anugerah dari Allah yang harus dilayani dengan sepenuh hati. Salah satu ajaran yang terkenal dari para ulama salaf adalah:

"Tamu adalah utusan Allah yang datang untuk menguji kita dalam kedermawanan dan keramahan."

Masyarakat Pidie, melalui konsep "Bu Ie Geukira," berusaha memuliakan tamu bukan hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai wujud ibadah. Ini sesuai dengan ajaran para ulama yang menyatakan bahwa setiap tamu membawa berkah dan menjadi sarana untuk memperoleh ridha Allah SWT.

Secara keseluruhan, stigma "Pidie Kriet" adalah kesalahpahaman yang muncul dari kurangnya pemahaman tentang budaya lokal masyarakat Pidie. Nilai-nilai "Bu Ie Geukira" yang mereka junjung tinggi adalah wujud dari kebaikan, penghormatan terhadap tamu, serta kepedulian sesama.

Kearifan lokal seperti "Bu Ie Geukira" yang dimiliki masyarakat Pidie bukan hanya sekadar nilai budaya, tetapi juga bentuk nyata dari penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, memuliakan tamu adalah salah satu ajaran yang sangat dihargai, bahkan disebut sebagai tanda iman seseorang. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya."

Hadits ini bukan hanya menjadi panduan moral, tetapi juga menjadi dasar penting bagi masyarakat Pidie untuk menjadikan keramahan kepada tamu sebagai bagian dari iman mereka. Bagi mereka, memberikan pelayanan terbaik kepada tamu tidak sekadar memenuhi kewajiban sosial, melainkan bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, setiap tamu yang datang dianggap sebagai titipan dari Allah yang membawa keberkahan dan kesempatan untuk menambah amal kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun