Pandangan Ulama tentang Kepedulian dalam Keluarga dan Kedermawanan
Para ulama sepakat bahwa memberi bantuan kepada keluarga adalah amal yang sangat mulia, apalagi jika dilakukan dengan ikhlas. Imam Ghazali, dalam kitabnya "Ihya Ulum al-Din," menyatakan bahwa menghormati tamu dan membantu keluarga adalah bentuk rasa syukur kepada Allah atas rezeki yang diberikan-Nya. Beliau menekankan:
"Salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat-Nya adalah dengan menghormati tamu. Tamu adalah anugerah yang membawa berkah dan kebaikan bagi rumah tangga."
Berdasarkan ini, masyarakat Pidie menjadikan konsep "Bu Ie Geukira" sebagai wujud kepedulian kepada keluarga dan tamu, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh para ulama. Kebiasaan menyambut tamu dan mendukung keluarga adalah cerminan keikhlasan masyarakat dalam menjalankan ajaran Islam.
Selain itu, Imam Syafi'i menyatakan bahwa kedermawanan harus dilakukan dengan bijaksana dan penuh perhitungan, sebagaimana Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)
Berdasarkan pandangan ini, masyarakat Pidie memahami bahwa kedermawanan mereka harus disertai perhitungan yang baik. Dalam konsep "Bu Ie Geukira," mereka memperhatikan kualitas dan efektivitas bantuan yang diberikan, bukan sekadar kuantitas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bantuan tersebut benar-benar membawa manfaat.
Menjaga Tradisi dalam Bingkai Iman dan Tanggung Jawab Sosial
Tradisi "Bu Ie Geukira" menunjukkan betapa bijaksananya masyarakat Pidie dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Dalam Islam, setiap amal yang dilakukan dengan niat baik dan penuh kebijaksanaan akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Oleh karena itu, "Bu Ie Geukira" menjadi bentuk nyata dari ajaran yang mengutamakan keseimbangan antara kedermawanan dan tanggung jawab.
Menjaga tradisi yang luhur ini adalah cara masyarakat Pidie untuk menjaga hubungan sosial mereka, baik dengan tamu maupun keluarga. Dengan mempertahankan nilai ini, mereka menunjukkan bahwa ajaran Islam bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang hubungan antar manusia yang didasari kasih sayang dan keikhlasan.
Melalui pemahaman yang benar terhadap tradisi "Bu Ie Geukira," masyarakat Pidie dapat menghilangkan stigma "Pidie Kriet" yang salah dan menunjukkan bahwa mereka sebenarnya adalah masyarakat yang mengedepankan kebaikan dan keramahan.