Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesuksesan Srikandi Pidie Syamsidar via Sam Bordir di Lampung hingga Go Internasional

22 Januari 2022   01:08 Diperbarui: 22 Januari 2022   06:07 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Mengabadikan diri dengan Sovenir Sam Bordir yang sudah Go Internasional milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Pemandangan yang menakjubkan tiba di toko yang lumayan luas dengan barang dagangan dengan serba bordir baik pakaian, peci adat, aksesoris dan beragam jenisnya dengan jahitan bordir khas Lampung. Seakan tidak percaya bahwa pakaian dan sejenisnya  khas Lampung yang dikenal dengan tapis Lampung lengkap di toko yang tertulis di papan nama toko sovenir dengan nama "Sam Bordir yang terletak di jalan Imam Bonjol No.24, Bambu kuning, Kec. Tj. Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.

lampung.tribunnews.com
lampung.tribunnews.com

Asbabul wurud (asal usul) penamaan dengan "Sam Bordir" mempunyai sejarah panjang menurut pemiliknya Hj. Syamsidar kelahiran Pidie itu saat penulis dan rombongan menceritakan sekilas perjuangannya di Provinsi yang  julukan "Tapis Berseri" itu.  Ungkapan "Sam Bordir" merupakan kepanjangan dari "Sulaman Aceh Masgar", sedangkan bordir memang usahanya seputar bordiran,  sejarahnya awalnya ia memulai usaha dengan membuat sulaman atau bordiran khas Aceh tepatnya di wilayah Masgar yang merupakan tempat perdana memulai usaha tersebut.

Pasca dijamu makan siang di rumah Hj Syamsidar putri kelahiran Pidie yang sukses di Lampung dan pemilik Sam Bordir. (dokpri)
Pasca dijamu makan siang di rumah Hj Syamsidar putri kelahiran Pidie yang sukses di Lampung dan pemilik Sam Bordir. (dokpri)

Ibu yang memiliki tiga anak yang telah sukses  perantauan di negeri Lampung itu mengatakan dalam dunia bisnis tidak harus dimulai dari modal besar. Hal inilah yang dibuktikan oleh Syamsidar. Hj. Syamsidar mengatakan perantauan ke Lampung di awali saat Aceh sedang konflik tepatnya tahun 1992 bersama suaminya, berbekal kepandaian kerajinan tangan yang sempat belajar di gampong asalnya Keurumpok, Kemukiman Aree Kecamatan Delima, Pidie.

Suasana di Toko Sovenir Sam Bordir milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Suasana di Toko Sovenir Sam Bordir milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Hanya dengan modal Rp 5 ribu ia berhasil membangun bisnis Tapis Lampung dan songket yang ia beri nama Sam Bordir. Wanita Pidie berusia sekitar 51 tahun ini memulai bisnis pada tahun 1992 di Tegineneng, Kabupaten Pesawaran. Namun, saat itu ia belum berbisnis Tapis lampung dan songket melainkan dompet Aceh.

Pemandangan di Toko Sovenir Sam Bordir Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Pemandangan di Toko Sovenir Sam Bordir Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Orang tua dari salah seorang anaknya alumni Dayah Ummul Ayman Samalanga itu menyebutkan bahwa berbisnis dengan keahlian tersebut  karena ia sangat membutuhkan uang untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Syamsidar mengatakan ketika  memulai usaha hanya punya uang Rp 5 ribu untuk modal. Dengan modal itu  dibeli bahan murah untuk membuat dompet seperti benang beludru dan kancing. Dompet itu lalu  dijual ke tetangga dan laku. Seiring dengan berjalannya waktu, dompet yang  dijualnya mulai bertambah dan juga membuat tas khas Aceh.

Penulis bersama Romli Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)
Penulis bersama Romli Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)

Syamsidar sebagai keturunan Pidie tentunya selalu melihat peluang dan terus berputar pemikirannya untuk lebih maju dan merupakan ciri khas dari endatu Pidie sejak dulu terlebih bergelut di dunia dagang, Hj. Syamsidar melakukan inovasi dalam dunia dagangnya mengantikan barang khas Aceh dengan tapis Lampung, ni ia teringat dengan salah satu  satu peribahasa yang populer di saat belajar bersama Amiruddin Gade dan kawan lainnya termasuk dengan  Hasan Basri M. Nur  yang merupakan dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu dengan ungkapan 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" dalam esensinya menyesuaikan usaha sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun