Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radikalisme Via Online di Era Millenial Kian Membahayakan, Benarkah?

26 Oktober 2020   02:12 Diperbarui: 26 Oktober 2020   02:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apapun itu, media massa memiliki tanggung jawab moral dan sosial terhadap publik, meskipun disisi lain pemberitaanpemberitaan itu memang menguntungkan gerakan-gerakan tersebut sebagai bentuk dari propaganda cuma-cuma.

Namun ia juga memunculkan gerakan massa dari masyarakat sendiri untuk aktif berperan serta menjaga lingkungannya dari hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum tanpa hanya bergantung pada pemerintah. (Leni Winarni, Media Massa dan Isu Radikalisme Islam, 2014)

Menurut Fazlur Rahman (2014) ia menyebutkan bahwa Internet, dalam konteks kekerasan atas nama agama-aksi terorisme, kekerasan terhadap minoritas dan kasus konflik antara umat beragama-adalah salah satu media yang paling banyak digunakan untuk menyalurkan hasrat demokrasi tersebut. Sementara itu, banyak dari kalangan ekstrimis muslim yang memanfaatkan momen dan media tersebut untuk menyebarkan ideologi jihad mereka. 

Tentunya dengan begitu,  bermacam  ide, gagasan radikalisme, terorisme disebarkan dengan mu- dah memenfaatkan kemajuan teknologi. Di komunitas muslim lahirlah sebutan Islam Virtual. 

Di samping itu,  melalui internet banyak yang menyampaikan penafsiran mereka sendiri tentang Islam dan asas yang berkaitan dengan Islam. Hal ini memiliki implikasi yang serius dengan adanya macam-macam materi dan perspektif yang tersedia dan secara acak yang dimana informasi ini dapat diakses. 

Pengalaman pertama seseorang dengan Islam di dunia maya adalah mungkin apa yang dinamakan kelompok skirmatis (terpecahpecah) organisasi radikal sebagai suatu penafsiran ortodok arus utama. (Gary R Bunt, Islam Virtual, Menjelajah Islam di Jagat Maya,,2005)

Beranjak dari itu, di tengah masa pandemic Covid-19 dan tidak dapat dipungkiri para “pahlawan” radikalisme begitu semangat dan gerilyanya menyebarkan “virus” radikalisme dengan berbagai macam diksi dan lebel termasuk memakai narasi agama via dunia internet. Maraknya radikalisme online menjadi masalah tersendiri di tengah masih mewabahnya virus Corona. 

Kita tidak saja dituntut untuk waspada pada virus Covid-19, melainkan juga pada virus radikalisme yang terus mewabah dan mengancam disintegrasi bangsa. 

Kita harus menjaga diri dan keluarga terhadap virus radikalisme via online juga peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mensinergikan menangkal “virus” tersebut di dunia maya (internet) terlebih para penggunanya mayoritas merupakan kaum remaja dam ini menjadi sasaran utama kaum radikalisme. 

Akhirul kalam, kehadiran teknologi, internet dan sejenisnya  sangat memberikan andil besar dalam menyebarluaskan paham radikal, menjadi media progapanda untuk melakukan tindakan intoleran, sebagai ajang rekrutmen, pelatihan, pendidikan, pembinaan jejaring anggota guna menebar aksi teror dan bom bunuh diri di bumi Nusantara ini. 

Jangan-jangan tanpa  di sadari kita dan orang terdekat kita menjadi ‘agen” penyebaran radikalisme online, benarkah? Semoga Tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun