Bapak Sulaiman (Sapaan Osman), seorang ayah yang tinggal di desa kecil yang terdapat di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dia bekerja sebagai pedagang es di salah satu pasar di Kabupaten Jember.Â
Bapak Osman memiliki keluarga kecil yang sudah dikaruniai dua anak. Bapak Osman sering merasa lelah dan batuk-batuk selama beberapa bulan terakhir, tetapi dia tidak memperhatikan hal tersebut dan terus bekerja seperti biasa.Â
Namun, suatu hari Bapak Osman mendapati bahwa dia kehilangan nafsu makan dan merasa lelah yang sangat berat.Â
Kemudian dia mulai merasakan demam dan sering mengeluarkan keringat di malam hari. Keluarganya merasa khawatir dan membawanya ke puskesmas terdekat untuk diperiksa.
Di sana, dokter melakukan pemeriksaan dan menyarankan agar Bapak Osman melakukan tes tuberkulin. Hasil tes menunjukkan bahwa Bapak Osman terinfeksi bakteri Tuberkulosis Paru-Paru (TBC) Resisten Obat.Â
Faktor penting dalam proses penyembuhan TBC Resisten Obat (RO) adalah kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan, utamanya kepatuhan dalam minum obat.Â
Namun, kepatuhan dalam menjalani pengobatan TBC tidaklah mudah seperti penyakit lainnya. Â Pasien yang mengidap penyakit TBC Sensitif Obat (SO) akan menjalani pengobatan selama enam bulan.Â
Berbeda dengan TBC SO, pasien yang didiagnosa terkena TBC RO akan menjalani pengobatan kurang lebih dua tahun. Obat yang dikonsumsi juga tidaklah sedikit.Â
Pasien TBC memiliki keragaman dalam meminum obat. Rentan obat yang diminum berkisar pada 6-23 jenis obat yang harus diminum dalam waktu dua jam.Â
Waktu pengobatan dan banyaknya obat yang dikonsumsi pasien TBC ditentukan berdasarkan pola resistensi dan kondisi klinis pasien. Dokter kemudian memberikan obat dan perawatan medis untuk mengobati TBC.
Bapak Osman sempat merasa khawatir dan cemas tentang keadaannya. Dia khawatir akan meninggalkan anak-anaknya dan keluarganya.Â
Namun, keluarga dan teman-temannya memberikan dukungan dan mendorong Bapak Osman untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Selama beberapa bulan berikutnya, Bapak Osman mengikuti perawatan dan mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter.Â
Dia juga melakukan perubahan pada pola hidupnya, seperti menghindari kebiasaan merokok dan lebih sering istirahat. Efek Samping yang didapat Bapak Osman dalam melakukan pengobatan adalah menghitamnya warna kulit serta adanya gangguan pencernaan. Bapak Osman telah menjalankan pengobatan selama satu tahun tiga bulan.Â
Walaupun terdapat efek samping dari konsumsi obat, kondisi Bapak Osman mengarah kearah yang lebih baik. Dalam proses pengobatan Bapak Osman, Hal terpenting yang mendukung jalannya pengobatan adalah dukungan dari keluarga terdekat.Â
Melalui kisah Bapak Sulaiman, kita dapat belajar tentang pentingnya kesadaran akan gejala-gejala TBC dan pengobatan yang tepat. Kita juga dapat memahami bagaimana dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu orang yang terinfeksi TBC untuk melalui masa penyembuhan mereka.Â
Kita semua harus berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC, sehingga kita dapat mengurangi jumlah kasus TBC di Indonesia dan dunia. Tuberkolosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan TBC merupakan salah satu penyakit menular yang banyak ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Indonesia saat ini merupakan negara dengan pengidap TBC kedua terbanyak di dunia.Â
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang bagian tubuh mana pun, seperti paru -- paru, tulang, dan system saraf pusat. Penyebaran bakteri TBC dapat terjadi melalui udara, misalnya ketika seseorang yang mengidap TBC batuk atau bersin. Tuberkulosis biasanya menyerang system pernapasan, khususnya paru -- paru. Gejala yang paling umum untuk TBC paru adalah batuk yang berlangsung selama lebih dari dua minggu, demam, keringat malam, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Meskipun jarang terjadi, TBC juga dapat menyerang bagian tubuh lain, seperti tulang, kulit, atau jaringan saraf. Setiap tahun, WHO mencatat mencatat bahwa lebih dari sepuluh juta orang di seluruh dunia menghidap TBC. Indonesia
sendiri merupakan salah satu negara dengan kasus TBC yang tinggi.
Pentingnya Pencegahan
Pencegahan TBC perlu dilakukan, tanpa terkecuali. Aktivitas pencegahan dapat menjadi efektif pada saat masyarakat secara menyelurh berperan aktif menjaga lingkungan yang sehat serta melakukan pola hiudp sehat. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran bakteri TBC, diantaranya :
1. Penggunaan masker
Pada saat melakukan perjalanan atu sedang berbelanja, kita tidak pernah tahu siapa yang ada disekeliling kita. Salah satu pencegahan dari penyebaran TBC adalah menjaga daerah mulut dan hidung untuk menghidup langsung udara tanpa filter. Maka dair itu, penggunaan masker dapat menjadi pencegahan awal untuk mengurangi resiko penyebaran. Terkhususnya bagi yang sedang bergejalan batuk.
2. Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri juga dapat membantu mencegah penyebaran bakteri TBC. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan atau setelah aktivitas yang bersifat kotor. Jika banyak aktivitas yang dilakukan diluar, baiknya untuk selalu membawa handsnitizer untuk menjaga kesterilan tangan.
3. Vaksinasi
Vaksinasi atau suntikan BCG (Bacillus Calmette -- Guerin) mencegah terjadinya TBC. Vaksinasi BCG dapat diberikan pada bayi dan anak -- anak dapat diberikan pada bayi dan anak -- anak hingga usia 5 tahun.
4. Menerapkan Pola Hidup Sehat
Menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, dan tidur yang cukup membantu meningkatkan system kekebalan tubuh dalam melawan infeksi bakteri.
5. Cukup Istirahat
Kurang tidur dan kelelahan dapat menurunkan daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, cukup istirahat setiap hari merupakan salah satu cara efektif untuk mencegah terjangkit TBC.
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan yang besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, perlu melakukan upaya untuk mencegah penyebaran TBC.Â
Hal yang dapat dilakukan antara lain menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi TBC, menjaga kebersihan diri sendiri, menrapkan pola hidup sehat, cukup istirahat dan melakukan vaksinasi untuk mencegah terjadinya TBC.Â
Dengan melakukan langkah -- langkah yang tepat, kita dapat mencegah penyebaran bakteri TBC dan mencegah terjadinya penyakit ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI