Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Menciptakan "Ruang" Pendidikan yang Ramah terhadap Anak?

27 Desember 2022   19:28 Diperbarui: 31 Desember 2022   02:44 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar mencatat dalam pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Klender 01, Jakarta Timur, Selasa (4/1/2022) | KOMPAS/AGUS SUSANTO 

Setiap hari, lebih dari satu miliar anak di dunia pergi ke sekolah, di dalam gedung, rumah privat, atau di bawah pohon. Semua tempat tersebut dikunjungi oleh anak-anak di seluruh dunia guna mencapai satu tujuan yakni melaksanakan proses pendidikan.

Tentu dalam setiap pelaksanaannya, proses pendidikan yang baik harus didukung oleh beberapa instrumen baik yang sebagai prasyarat atau syarat terselenggaranya proses pendidikan dengan baik. 

Dimulai dengan adanya bangunan, kurikulum sekolah, peraturan dalam lingkup pendidikan, kebijakan, pelaksana, guru, hingga peserta didik yang  dalam hal ini dimulai dari usia anak-anak hingga remaja yang mengisi berbagai jenjang pendidikan. 

Memang dalam implementasinya, proses pendidikan tentu tak selamanya melewati jalan mulus. Ada saja hambatan dan rintangan demi terwujudnya kualitas pendidikan yang baik bagi para generasi muda khususnya di Indonesia. 

Rintangan atau permasalahan dalam dunia pendidikan jika dikalkulasikan mungkin tak akan pernah cukup, mulai dari permasalahan kebijakan, peningkatan kompetensi, kualitas pengajaran, pembenahan sarana dan prasarana penunjang, belum tercapainya tujuan pendidikan, isu pelanggaran dan penyelewengan angggaran, hingga kasus pelecehan dan kekerasan yang kerap menghantui anak-anak kita yang sedang menempuh pendidikan di sekolah.

Jika kita membahas tentang kasus kekerasan terhadap anak, tentu untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya kasus tersebut perlu adanya pengawasan dan terobosan khusus dalam menciptakan kebijakan yang pro kepada anak. 

Salah satunya menciptakan sekolah ramah anak. Melansir dari laman SIGA Kemenppa, Sekolah Ramah Anak (SRA) adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih, dan sehat serta peduli dan berbudaya lingkungan hidup dengan tujuan untuk menjamin, memenuhi, serta menghargai hak-hak anak dan memberikan perlindungan kepada anak dari kekerasan diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya.

Hal tersebut tercantum dalam amanat Undang-Undang tentang Perlindungan Anak nomor 35 tahun 2014. Perwujudan sekolah yang bebas dari risiko kekerasan ini merupakan bagian dari program Kota Ramah Anak. 

Jika kita berbicara tentang grand goal atau tujuan besar dari terwujudnya sekolah ramah anak. Perlu kiranya selaku pendidik atau guru di banyak satuan pendidikan untuk dapat mulai menciptakan sekolah ramah anak dari diri sendiri terlebih dahulu. 

Bukan tidak mungkin, jika kita mampu menjadi guru yang dapat mengajarkan hal-hal yang "ramah" kepada anak di sekolah. Maka tujuan menciptakan sekolah ramah anak akan tercapai di masa depan. 

Lantas apa sajakah hal-hal yang perlu diperhatikan agar dapat menciptakan pengajaran yang ramah anak?

Sikap Terhadap Peserta Didik

Hal pertama menurut penulis yang bisa dilakukan adalah mencoba memberikan perlakuan yang adil kepada anak di kelas. 

Di dalam kelas sendiri tentu kita akan menemukan ada anak yang cerdas atau lemah, kaya atau miskin, normal atau cacat, hingga anak pejabat atau anak dari kalangan biasa. 

Penerapan sistem pengajaran dan pengelolaan kelas yang baik akan mendukung terciptanya sikap yang adil terhadap anak. 

Memberikan hukuman yang sifatnya mampu mengubah mindset atau pola pikir ke arah yang lebih baik adalah solusi utama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang  ramah terhadap anak.

Penerapan Metode Pembelajaran yang Adaptif, Inovatif, dan Variatif

Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas, dan waswas, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain. Terjadi proses belajar yang efektif yang dihasilkan oleh penerapan metode pembelajaran yang variatif, adaptif, dan inovatif.

Contoh sederhana dalam mendukung terciptanya lingkungan yang variatif dan adaptif adalah ketika sebagai guru sekaligus fasilitator kita dapat melaksanakan pembelajaran tak hanya dalam kelas, lebih dari itu kita bisa menciptakan proses belajar mengajar di luar kelas yang asyik dan menyenangkan. 

Misalnya belajar sambil mengamati lingkungan sekitar sekolah, belajar memahami fungsi rambu lalu lintas, belajar IPA bersama Dinas Lingkungan Hidup atau pengelola kebun binatang, dan lain sebagainya dapat menjadi alternatif demi mewujudkan lingkungan belajar yang asyik dan menyenangkan bagi anak.

Penataan Kelas yang Baik dan Melibatkan Murid

Jika kelas sudah terkelola dengan baik maka murid pun akan merasa senang untuk belajar dalam kelas. 

Ada banyak hal yang perlu kita pahami untuk dapat menciptakan tata kelola kelas yang baik. Misalnya, mengatur denah tempat duduk, mengatur struktur pengelolaan tata kelas, dan lain sebagainya dapat menentukan keberhasilan pengelolaan kelas. 

Melibatkan atau mengikutsertakan peserta didik dalam setiap proses belajar adalah cara ampuh demi terwujudnya situasi kelas yang relevan. Misalnya dengan menekankan prose belajar melalui berbuat sesuatu, learning by doing, demo, praktik, dan lainnya. 

Proses Belajar Mengajar yang Ditunjang dengan Media Ajar

Agar proses belajar dapat terlaksana dengan maksimal dan optimal, perlu kiranya kita selaku guru untuk tak statis dalam mengajar di kelas. Salah satunya adalah dengan gemar meningkatkan  kualitas diri untuk terus mau belajar. 

Di era serba digital saat ini, guru senantiasa dituntut untuk senantiasa akrab dengan hal-hal digital. Mulai dari alat-alat pendukung, teknis pengajaran, hingga konten-konten digital pengajaran yang agaknya perlu untuk kita sendiri yang mendesainnnya. 

Jika proses pengajaran yang meggunakan media ajar digital maupun non digital sudah terimplementasikan dan teraplikasikan dengan baik, bukan tidak mungkin kualitas pengajaran akan meningkat dan lingkungan belajar yang ramah anak akan terwujud di masa depan.

Menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah anak adalah misi bersama yang harus terus kita upayakan sebagai guru di semua jenjang pendidikan. Semoga pendidikan di Indonesia kian berkualitas dan isu kekerasan terhadap anak akan tuntas.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun