Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tewasnya Suporter Sepak Bola di Kanjuruhan, Salah Siapa?

4 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 4 Oktober 2022   07:03 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah penyebab atau faktor utama dari banyak kejadian kericuhan baik dalam dunia sepakbola maupun di bidang apapun. Provokator sendiri merupakan beberapa orang atau oknum yang dengan sengaja membangkitkan amarah, menyulut emosi, atau bahkan dengan sengaja menciptakan situasi adu domba antara kedua belah pihak yang sedang bertikai. 

Biasanya di banyak kasus sendiri, isu provokatif sendiri sering tersebar dengan mengatasnamakan SARA maupun hal-hal lainnya yang bermuatan negatif dan sensitif sehingga wajar jika di banyak kejadian isu provokatif tersebut dapat menyebabkan konflik atau kejadian besar.

Terjebak Pesan Berantai (Hoax)

Ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menjadi sebab kericuhan dapat terjadi. Biasanya, kita di masa atau zaman yang serba digital sering mendapatkan pesan broadcast dari pihak-pihak tak dikenal dengan maksud untuk memengaruhi. 

Tugas kita sebagai penerima dan pemnbaca harus dengan bijak untuk mengolah, mencari tahu, dan mendalami kebenaran informasi tersebut sebelum benar-benar disebarluaskan. 

Nah yang menjadi masalah, banyak dari kita yang bahkan tak mendalami dan enggan mengkritisi pesan yang masuk sehingga tanpa pikir panjang biasanya langsung tersebar ke banyak orang melalui media sosial. Itulah yang menyebabkan misinformasi hingga berakibat pada pertikaian.

Tak Menerima Kekalahan 

Dalam pertandingan atau kompetisi baik yang berskala nasional atau bahkan sekedar dalam ruang kelas sekalipun tentu menang dan kalah adalah hal yang biasa. Akan tetapi yang tak biasa itu ketika sebagian dari kita justru tak menerima adanya kekalahan. 

Bahkan yang lebih parahnya bukan dari perasaan saja yang tidak menerima, melainkan dengan jelas menunjukkan sikap anarkis dan kekerasan akibat dari tidak bisanya diri menerima suatu kekelahan. 

Akibatnya di banyak kejadian, kita sering menjumpai adanya isu kekerasan yang terjadi dalam lapangan stadion, mulai dari pemain bentrok dengan pemain, pemain memukul wasit, hingga suporter yang terlibat tawuran dengan suporter lain yang menyebabkan kerugian baik materiil maupun korban jiwa.

Rivalitas berujung anarkis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun