Ini adalah penyebab atau faktor utama dari banyak kejadian kericuhan baik dalam dunia sepakbola maupun di bidang apapun. Provokator sendiri merupakan beberapa orang atau oknum yang dengan sengaja membangkitkan amarah, menyulut emosi, atau bahkan dengan sengaja menciptakan situasi adu domba antara kedua belah pihak yang sedang bertikai.Â
Biasanya di banyak kasus sendiri, isu provokatif sendiri sering tersebar dengan mengatasnamakan SARA maupun hal-hal lainnya yang bermuatan negatif dan sensitif sehingga wajar jika di banyak kejadian isu provokatif tersebut dapat menyebabkan konflik atau kejadian besar.
Terjebak Pesan Berantai (Hoax)
Ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menjadi sebab kericuhan dapat terjadi. Biasanya, kita di masa atau zaman yang serba digital sering mendapatkan pesan broadcast dari pihak-pihak tak dikenal dengan maksud untuk memengaruhi.Â
Tugas kita sebagai penerima dan pemnbaca harus dengan bijak untuk mengolah, mencari tahu, dan mendalami kebenaran informasi tersebut sebelum benar-benar disebarluaskan.Â
Nah yang menjadi masalah, banyak dari kita yang bahkan tak mendalami dan enggan mengkritisi pesan yang masuk sehingga tanpa pikir panjang biasanya langsung tersebar ke banyak orang melalui media sosial. Itulah yang menyebabkan misinformasi hingga berakibat pada pertikaian.
Tak Menerima KekalahanÂ
Dalam pertandingan atau kompetisi baik yang berskala nasional atau bahkan sekedar dalam ruang kelas sekalipun tentu menang dan kalah adalah hal yang biasa. Akan tetapi yang tak biasa itu ketika sebagian dari kita justru tak menerima adanya kekalahan.Â
Bahkan yang lebih parahnya bukan dari perasaan saja yang tidak menerima, melainkan dengan jelas menunjukkan sikap anarkis dan kekerasan akibat dari tidak bisanya diri menerima suatu kekelahan.Â
Akibatnya di banyak kejadian, kita sering menjumpai adanya isu kekerasan yang terjadi dalam lapangan stadion, mulai dari pemain bentrok dengan pemain, pemain memukul wasit, hingga suporter yang terlibat tawuran dengan suporter lain yang menyebabkan kerugian baik materiil maupun korban jiwa.
Rivalitas berujung anarkis