Pernahkah Anda mempelajari bahasa ibu?Â
Jika sebagian dari kita sudah fasih menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa-hari untuk berkomunikasi, tentu Anda tak akan menemukan kendala untuk mempelajarinya.Â
Mempelajari yang dimaksud di sini adalah kita sebagai akademisi maupun orang awam sekalipun selalu belajar meningkatkan pemahaman dan perbendaharaan kosakata bahasa ibu yang biasa kita gunakan.Â
Menurut laman Kemendikbud, bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari sejak kecil secara alamiah dan menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungannya.Â
Lebih lanjut, menurut data di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia.Â
Untuk itu, pemerintah bersama pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk melindungi bahasa daerah sebagai bagian dari kekayaan non benda yang sangat berharga dan tak ternilai harganya.
Dari paparan singkat di atas, jelas dipahami bahwa bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama kali dilisankan dan diperkenalkan kepada sang anak sedari kecil.Â
Jika bahasa yang diperkenalkan sejak kecil adalah bahasa daerah misalnya bahasa Paser, Banjar, Kutai, Bahasa Jawa, dan lain sebagainya mungkin tak akan menjadi masalah.Â
Akan tetapi, jika dari kecil bahasa pertama yang diperkenalkan adalah bahasa Indonesia tanpa sambil diperkenalkan bahasa daerah yang menjadi latar belakang ayah atau ibu di rumah tentu menjadi sebuah masalah.Â
Ditemukan sebuah situasi di mana seorang anak memiliki masalah yang berkaitan dengan komunikasi di lingkungannya akibat mayoritas masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya menggunakan bahasa daerah sebagai media penyampaian pesan dalam berkomunikasi dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia yang lebih ia kuasai.Â
Hal tersebut mengakibatkan ia kesulitan ikut berinteraksi dan terlibat diskusi di lingkungan tempat tinggalnya.Â
Lalu apa yang menjadi penyebab seseorang kesulitan menguasai atau bahkan sekedar berkomunikasi menggunakan bahasa ibu yakni bahasa daerah sebagai bagian dari identitas kemajemukan bangsa Indonesia?
Bahasa Indonesia menjadi Sarana Komunikasi Satu Arah
Komunikasi antara anak dan orang tua yang dimulai sejak sang anak masih kecil yakni menggunakan bahasa Indonesia sebenarnya baik secara visi pengenalan bahasa utama dengan tujuan memperkenalkan bahasa resmi negara dan mengajak anak mengenal sifat nasionalisme dengan mengenal bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.Â
Misalnya, ada seorang dewasa yang sejak kecil telah diperkenalkan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi satu arah sehingga, ketika ia menginjak usia dewasa dan terlibat dalam aktivitas akademik ia selalu menggunakan bahasa Indonesia.Â
Yang menjadi masalah adalah ketika ia memiliki kewajiban mengetahui latar belakang etnis dari kedua orang tua dan bagaimana bahasa daerah kedua orang tuanya dapat dipelajari atau dianalisis ketika ia sedang berkuliah di salah satu perguruan tinggi dan mengambil jurusan bahasa Indonesia dan daerah tentu si anak tadi akan menemukan suatu kendala.Â
Kendala yang pertama dihadapi adalah kurangnya perbendaharaan kata dan ketidakmampuan memverbalkan bahasa daerah dari salah satu kedua orang tuanya untuk kepentingan penelitian lapangan.
Pengaruh Bahasa Daerah lain di Lingkungan Mayoritas Masyarakat
Situasi semacam ini sering ditemukan di kampung-kampung atau lingkungan penduduk yang berasal dari program transmigrasi di tahun 70-an. Misalnya di daerah Long Iram.Â
Terdapat sebuah kampung yang dinamakan kampung Sukomulyo. Mayoritas masyarakat yang tinggal dan menetap di sana adalah masyarakat bersuku Jawa.Â
Di sisi lain, ada beberapa masyarakat minoritas yang juga tinggal dan menetap di daerah tersebut. Misalnya saja suku Paser.Â
Komunikasi yang dilakukan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Jawa oleh masyarakat sekitar menyebabkan sebagian orang-orang bersuku Paser mau tidak mau harus menyesuaikan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Situasi yang terjadi setiap hari tersebut, menyebabkan penutur bahasa Paser tadi terbiasa untuk menggunakan bahasa Indonesia dan bahkan tak jarang sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa dan juga telah menguasai aksen bahasa Jawa tersebut. Hal tersebut berakibat pada minimnya komunikasi penutur bahasa Paser menggunakan bahasa Paser tersebut.
 Kurangnya Minat Generasi Muda Untuk Melestarikan Bahasa Daerah
Di tengah geliat perkembangan dan kemajuan zaman saat ini, tentu menyebabkan pola konsumerasi yang masif dalam hal penggunaan teknologi.Â
Bahasa-bahasa yang disajikan di dalam tayangan-tayangan digital misalnya di media sosial Youtube dan Tiktok.Â
Sebagian menggunakan bahasa yang telah termodifikasi dengan "sengaja" menggunakan bahasa Indonesia, inggris, dan juga bahasa slang sehingga tak dapat dipungkiri para penikmat sajian tayangan digital tersebut yang sebagian besar anak-anak tentu menjadi familiar mendengarkan dan mengucapkan bahasa yang bersumber dari tayangan media sosial tersebut.
Pengaruh Bahasa Slang
Sabi, brokap, kzl, kuy, gakeun, gesrek, lokit, otw,b ajah, pap, ads, lebay, alay, cepu, dan- lain sebagainya.Â
Beberapa kata-kata dalam bahasa slang di atas merupakan varian bahasa slang yang muncul dan digunakan oleh beberapa komunitas tertentu.Â
Tak hanya di kota-kota besar, di lingkungan perkampungan hingga di sekolahan pun juga ada sebagian orang-orang serta anak-anak yang menggunakan bahasa tersebut.Â
Perlunya sosialisasi dan juga edukasi yang menyeluruh terhadap pengenalan bahasa Indonesia dan pentingnya menjaga eksistensi bahasa daerah sebagai bahasa ibu tentu sangat diharapkan.Â
Cara sederhana yang dapat menjadi contoh misalnya, adanya pembinaan dan pengembangan pelajaran tentang bahasa daerah di sekolah kepada peserta didik di berbagai jenjang usia.
Faktor Lainnya
Faktor lain yang menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan dalam hal penguasaan bahasa ibu misalnya bahasa daerah ataupun bahasa Indonesia yakni bisa jadi disebabkan berbagai faktor mulai dari masalah pada kemampuan berbicara dan berbahasa, masalah gangguan pendengaran, pengaruh disabilitas yang diderita si anak, masalah pada mulut (misalnya kesulitan pada saat melafalkan sebagian huruf konsonan dalam sebuah kata), faktor genetik, dan juga faktor lainnya (orami.co.id).
Pentingnya memperkenalkan dan mengajarkan anak sejak kecil tentang bahasa ibu, mulai dari bahasa daerah sebagai identitas kemajemukan bangsa Indonesia dan juga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan serta bahasa nasional menjadi perhatian seluruh pihak.Â
Perlunya membina dan mengembangkan kemampuan literasi kepada anak usia prasekolah maupun usia sekolah tentang bahasa ibu menjadi sebuah misi ke depan yang dapat menciptakan generasi muda yang berkompeten, berjiwa nasionalisme, berbudaya dan berbudi luhur, serta memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian kekayaan bangsa Indonesia salah satunya bahasa daerah.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H