Dalam sejarah panjang kehidupan masyarakat Indonesia. Negara dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika tersebut pernah mengalami pasang-surut konflik yang disebabkan berbagai hal, mulai isu agama, disintegasi sosial, permasalahan etnis, politisasi massa, hingga masuk pada ranah kriminalisasi besar yang pada akhirnya mencoreng nama Indonesia di mata HAM internasional akibat dampak kronis dari konflik yang terjadi.Â
Konflik yang terjadi di Poso pada 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001 menjadi potret nyata dari terpecahnya keakraban umat bernegara dan berbangsa serta beragama akibat isu agama yang muncul yang menjadi latar belakang dari terjaidnya konflik yang terjadi akhir masa pemerintahan Orde Baru hingga masa pembukaan Orde Reformasi.
Jika mengacu pada teori tentang apa beberapa pengertian SARA menurut para ahli yakni sebagai berikut.
Menurut  Taufiq (1998)  menyatakan bahwa konsep SARA merupakan konlfik horizontal yang dimotori oleh suku, agama, dan ras, serta konflik vertical yang bersumber pada perbedaan "ekonomi-politik" antar-golongan.
Sedangkan menurut (Berger & Neuhauss, 1977) menyatakan bahwasannya, SARA merupakan kenyataan sosial maka keberadaanya tidak dapat dilenyapkan. Bahkan setiap upaya untuk melenyapkan dengan dalih apapun, termasuk menuju unifikasi melalui "monolitikisasi" masyarakat, cenderung akan menimbulkan keresahan, gejolak sosial, kerusuhan massa, dan pasti berakhir dengan disintegrasi sosial.
Sara diketagorikan menjadi tiga jenis yakni sebagai berikut.
Sara Individual, merupakan sara yang segala tindakannya dilakukan oleh individu atau golongan yang bersifat agresi, melecehkan, diskriminasi, atau menghina golongan lainya.
Sara Institusional, yakni tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif terhadap suatu golongan.
Sara Kultural, merupakan suatu tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jika SARA dan Politis memiliki pengertian yang berbeda, SARA merupakan suatu unsur yang menerangkan suatu keadaan atau situasi sosial tertentu yang mendorong seseorang untuk tidak menggunakan identitas tertentu dalam ranah ini yakni suku, agama, ras, maupun kaitan dengan golongan atau kelompok tertentu sehingga apa yang menjadi misi bersama dalam memperjuangkan suatu hal dapat dicapai atas keinginan bersama.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa istilah SARA dan segala hal yang menyertainya begitu "sensitif" untuk dibahas?, dan apa saja peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia yang diakibatkan karena isu-isu SARA Â tersebut?
Pemicu Perpecahan
Dampak sosiologis dari kondisi seperti ini membuat konstruksi sosial tentang makna SARA dalam masyarakat lebih didominasi oleh perspektif tentang pemerintahan siapa yang sedang berkuasa saat ini.Â
Maraknya penyebaran hoax, penggiringan opini, serta mudahnya sebagian masyarakat Indonesia untuk dihasud terkait isu-isu tertentu akan semakin menyebabkan munculnya konflik sosial dan sumber perpecahan.Â
Pada beberapa contoh konflik yang pernah terjadi di Indonesia. Hampir beberapa di antaranya terjadi diakibatkan karena ujaran-ujaran provokator yang bersifat memancing masyarakat dengan maksud intimidasi, mengintervensi, dan bahkan cenderung menghina dengan kata-kata sarkas sehingga menimbulkan reaksi atau pergolakan yang besar di lingkungan masyarakat.
Hal seperti ini lantas akan menjadikan SARA sebagai suatu pengetahuan atau realitas yang ditabukan. SARA oleh masyarakat selalu dilihat sebagai suatu potensi konflik daripada energi politis yang positif yang dapat memberikan pendalaman pemahaman akan pentingnya demokrasi dan kemajemukan sosial.
Potensial mengandung isu-isu sensitif
Memasukkan beragam kepentingan tertentu terkait isu-isu yang ada dalam ranah SARA, misalnya politik akan dengan mudah menarik daya sensitivitas masyarakat. Misalnya ketika sedang diadakan suatu sosialisasi yang dilakukan lembaga tertentu. Lembaga tersebut akan mengundang berbagai pihak yang dianggap memiliki kepentingan untuk ikut terlibat dalam acara forum tersebut.
Pada saat yang bersamaan, ada segelintir orang yang akan memanfaatkan kesempatan tersebut guna memaparkan pesan-pesan politis yang sebelumnya telah dititipkan kepada para peserta sosialisasi. Tak hanya tu, beberapa pesan-pesan yang mengandung ajakan untuk memilih pihak tertentu akan sangat potensial muncul pada situasi tersebut
Sumber Kemajemukan dan Demokrasi
Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan yang menjadi kepanjangan SARA adalah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun di dalam masyarakat baik dalam masyarakat pada jenjang perkembangan tradisional maupun modern.Â
Kenyataan sosial menegaskan bahwa masyarakat-masyarakat di dunia ini terdiri dari berbagai macam etnis, agama, dan golongan. Kenyataan tersebut tak jarang menciptakan problem sosial seperti masalah konflik dan disintegrasi.
Tetapi pada sudut pandang berbeda (berdasarkan temuan-temuan historis), SARA justru dapat dijadikan arena pemberdayaan dan demikrasi. Elemen-elemen dalam SARA tidak selalu terpisah secara kaku. Ada kemungkinan terjadi hal yang oleh sosiolog bernama Peter Blau (1964) dinamakan cross cutting affiliation.
Misalnya, ada orang-orang yang berbeda ditinjau dari etnis tetapi disatukan dalam agama, ekonomi, dan kepentingan yang sama. Karena SARA merupakan kenyataan sosial maka keberadaannya tidak dapat dilenyapkan. Bahkan setiap upaya untuk melenyapkan dengan dalih dan siasat apapun, termasuk menuju unifikasi melalui monolitikisasi masyarakat, cenderung akan menimbulkan keresahan, gejolak sosial, kerusuhan massa, dan berakhir dengan disintegrasi sosial. (Berger dan Neuhauss, 1977).
Pengaruh SARA dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia telah menancapkan akar kuat yang menyebabkan tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Banyaknya etnis, suku, bahasa, komunitas, dan segala macam kemajemukan yang ada di Indonesia dapat menjadi spirit serta motivasi dalam mempertahankan demokrasi demi tegaknya tatanan kehidupan yang baik di Indonesia.
#SalamLiterasi
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI