Sumber Kemajemukan dan Demokrasi
Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan yang menjadi kepanjangan SARA adalah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun di dalam masyarakat baik dalam masyarakat pada jenjang perkembangan tradisional maupun modern.Â
Kenyataan sosial menegaskan bahwa masyarakat-masyarakat di dunia ini terdiri dari berbagai macam etnis, agama, dan golongan. Kenyataan tersebut tak jarang menciptakan problem sosial seperti masalah konflik dan disintegrasi.
Tetapi pada sudut pandang berbeda (berdasarkan temuan-temuan historis), SARA justru dapat dijadikan arena pemberdayaan dan demikrasi. Elemen-elemen dalam SARA tidak selalu terpisah secara kaku. Ada kemungkinan terjadi hal yang oleh sosiolog bernama Peter Blau (1964) dinamakan cross cutting affiliation.
Misalnya, ada orang-orang yang berbeda ditinjau dari etnis tetapi disatukan dalam agama, ekonomi, dan kepentingan yang sama. Karena SARA merupakan kenyataan sosial maka keberadaannya tidak dapat dilenyapkan. Bahkan setiap upaya untuk melenyapkan dengan dalih dan siasat apapun, termasuk menuju unifikasi melalui monolitikisasi masyarakat, cenderung akan menimbulkan keresahan, gejolak sosial, kerusuhan massa, dan berakhir dengan disintegrasi sosial. (Berger dan Neuhauss, 1977).
Pengaruh SARA dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia telah menancapkan akar kuat yang menyebabkan tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Banyaknya etnis, suku, bahasa, komunitas, dan segala macam kemajemukan yang ada di Indonesia dapat menjadi spirit serta motivasi dalam mempertahankan demokrasi demi tegaknya tatanan kehidupan yang baik di Indonesia.
#SalamLiterasi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H