Wow! Sepertinya ini masalah istrimu, my boy? Sergahnya. Lalu kami duduk di galeri bengkel di belakang rumah.
Bagaimana papa tau saya ada masalah?
Hah! Kau ke sini tidak bersama Prita bukan? Â Â
Saya mengangguk, mata lelaki tajam itu menatapku bak pisau.
Prita minta bercerai, papa! Kata saya lurus.
Wow! Malaikat kecilku minta bercerai? Hahahah... hahahahah...Papa terbahak-bahak badannya berguncang, dan itu membuat saya tiba-tiba mendidih.
Heh pak tua, kau kira itu lucu sekali? Saya menghentak, sampai saya tak menguasai kata-kata sopan di hadapannya, saya berdiri dengan telunjuk mengarah ke wajah mertua gendut itu.
Dan tiba-tiba saja atmosfer kami mendadak senyap, papa berhenti tertawa seketika, mulutnya membuka, matanya menuju saya tanpa kedip, tubuh tambunnya diam membeku.
Namun cuma beberapa detik, tak lama kemudian wajah bangkot itu memerah, pipinya cubi dan bibirnya menahan senyum, tampak mimiknya berusaha menahan tawa yang bakal segera pecah.
Hahahahahah...anak lelaki manisku bisa galak sekarang? Hahahahaha... Lelaki dekat abad itu kembali terbahak lebih dahsyat, lengannya menepuk-nepuk sofa seperti membantu pelepasan tertawanya yang geblek.
Membikin amarah saya sampai di ubun. Orang tua brengsek! Jerit saya sembari berbalik pulang. Tetapi dia bangkit mengejar saya dan melingkari pundak saya dengan lengannya yang besar, seakan saya sahabatnya.
Hei, hei, oke maaf! Paruh baya itu mengarahkan saya berbalik dan kami kembali ke sofa duduk.
Tenanglah! Katanya sambil bergeser merapat ke tubuh saya. Lalu dia mendekatkan mulutnya ke telinga saya dan membisikkan kata-kata yang dengan cermat bisa saya dengar di gendang telinga saya.
Oke? Katanya setelah selesai membisik.
Oke! Thanks! Jawab saya mengangguk.