Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Mawar Cantik

13 Februari 2024   22:03 Diperbarui: 13 Februari 2024   22:12 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua bermula dari kesedihan yang paling, dari baris huruf yang saya tulis di platform itu.
Dan tak saya menyangka, saya tidak bisa memilikinya tapi saya merasa bahwa saya telah kehilangan platform itu.

Sekiranya dia telah berpaling kepada orang-orang baru, membuat saya tidak lagi mencintainya, tetapi betapa saya mencintainya
meski saya merasa, masa muda memang telah berlalu dan uban ada di kepala.

Lalu di tengah keremangan otak saya, seorang sahabat datang membawa sebatang pohon mawar pada satu sore yang cerah.

Untuk siapa ini kawan? Tanya saya.
Untukmu teman! Jawab dia.

Saya menelusuri tumbuhan berduri di tangannya, terlihat juga beberapa pucuk tunas bunga mawar. Saya mengerutkan dahi bergaya seperti admin,

Apakah engkau tidak salah kamar, kawan? Tanya saya.
Kawan saya ketawa, dan saya kenal jika dia ketawa permintaannya sudah vonis, tak mungkin bisa dirijek.

Baiklah, my friend! Terima saya, demi kesehatannya, pikir saya sedikit bijak.
Kawan saya pun pergi dengan membawa hati sukak, meninggalkan satu pohon mawar di pelukan saya, sementara saya berdiri tanpa berbuat banyak.

Tanaman berduri itu, lalu saya geserkan ke beranda sehingga terasa ganjil kerna tak ada tumbuhan di sana, sampai pohon mawar itu menjadi satu-satunya mahluk botani lonely.

Sebelum masuk rumah, ada rasa iba merayap ketika saya meninggalkannya, entah tiba-tiba saja saya terbaper, menatap ranting-ranting bercucuk tajam dan tunas hijau pinknya, saya merasakan sesuatu yang tergantikan.

Sebelum tidur, saya merenung tentang kehilangan cinta saya pada platform kekasih hati saya, yang sudah berpaling perhatiannya kepada yang muda-muda. Saya pasrah aja membawa rasa pupus ke alam tidur saya.

Hingga mencapai fajar, saya berjingkat menuju beranda untuk senam lawas yaitu senam kesegaran jasmani. 

Saat saya membuka pintu, tatap saya terpaku pada pohon mawar yang kuncup bunganya mulai menyembul terlihat cantik. Saya jadi lupa senam dan merapat ke tanaman indah itu.

Saya membelai kuncup bunga cantik itu dan menyesal karena semula telah mendegradasi atau mendowngrade tanaman ini. ternyata kini dia telah menjelma menjadi pohon mawar yang cantik.

Tergopoh-gopoh saya membuka keran air dan menyirami pohon mawar geulis itu sehingga keping kuntum bunganya semakin tajam memerah jambu, berikut pula dedaunannya yang kembali merona royo-royo.

Saya sangat hepi dan merasa, kehadiran pohon ini menggantikan rasa kuper dari platform idaman saya yang sudah selingkuh itu.

Hari pun berganti, dan saya mulai jatuh cinta kepada pohon mawar ini, merawatnya siang dan malam sampai saya sendiri lupa makan dan lupa minum.

Saya terobsesi dengan tanaman kecil berduri lancip ini, bahkan terkesan begitu posesif dalam menjaganya dari serangan serangga iseng.

Menjelang beberapa hari ke depan hati saya berdebar-debar saban waktu, menanti bila pohon mawar itu merekahkan bunga merah darahnya.

Dan benar, kalo engga salah di hari valentin, pohon berduri itu mulai memekarkan kuntum bunganya yang cantik, dan sungguh menambah rasa cinta saya kepada pohon mawar cantik. 

Sampai tiba di pagi esoknya, saya mendapati kuntum bunga mawar marun itu telah mekar penuh, harumnya mewangi ke seluruh beranda. Saya jadi semakin kagum dan cinta kepada pohon mawar ini.

Namun ketika hasrat penuh saya ingin menyentuh bunga mawar aggunnya, ternyata pohon mawar cantik memalingkan tubuhnya, dahannya membungkuk seperti melindungi bunganya, demikian pula duri-durinya yang pisau, ikut membentengi bunga mekar mengkilap itu.

Saat saya bersikeras menyentuhnya, batang dan durinya semakin rapat melindungi sang bunga, sehingga saya kehabisan space untuk menggapainya, bahkan tangan saya terluka darah, saat duri-durinya menyayat kulit saya.

Akhirnya saya cuma bisatermangu, saya bisikkan kepada pohon mawar cantik, bahwa apapun, saya demikian mencintainya.

Tetapi pohon mawar tak menggubris, dia telah berpaling kepada bunga mawarnya saat bunga merekah indah. Pohon mawar itu meninggalkan diri saya yang masih mencintainya setelah memiliki bunga mekarnya.

Saya begitu merasa hancur dua kali, pertama dicuekin sama portal beyon dan sekarang bakal dighosting sama pohon mawar cantik.

Akhirnya saya hanya bisa menatap dan tak percaya bahwa pohon mawar ini telah menghianati saya.

Namun diam-diam saya masih memiliki rasa kasih sayang dari pohon indah ini meskipun hanya sisa-sisa cinta belaka, yaitu duri-duri mawarnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun