Aku akan ke Jerman! Katanya tiba-tiba.
Whats? Aku terhenyak.
Kenapa?
Bukankah kau akan menikah?
Aku putus!
Whats? Terhenyak kedua kali.
Ben punya perempuan lain!
Whats? Ketiga kali.
Perempuan indo itu membuang matanya ke kaca besar jalan, matanya berkaca.
Berapa lama kau di Jerman?
Entahlah!
Aku ikut membuang mataku ke seberang, menembus kaca cepat saji, aku seperti terseret ke balik sore yang turun di jalan Slamet Riyadi.
Mengulang memori lagi, bahwa aku dan Sarah telah bercerai cukup lama, namun seakan baru saja kemarin berpisah.
Bagaimana dengan Aurel? Aku bertanya.
Aurel itu putri tunggal kami. Meski dia tidak begitu lekat denganku, namun aku memiliki rasa yang identik dengan Aurel anak kami.
Aurel tumbuh demikian pesat dan pintar, kini dia menginjak kelas akhir sma. Aurel bertubuh semampai seperti mamanya, cantik dan chic. Tapi dia bejiwa sederhana seperti bapaknya.