BriLig 2023/24 kemarin 13/9, Persib Bandung bertemu dengan Barito Putera di Gedung Olahraga Bandung Lautan Api (GBLA).Â
Pada laga ini, sebagai tuan rumah, kembali Maung Bandung tidak berhasil meraih kemenangan, dan cuma berbagi angka sama satu-satu.Â
Meskipun tanpa sayap eksplosif Ciro Alves yang sedang kena setrap, catatan progres Maung Bandung sedikit lebih maju yang dapat dilihat pada laga keseluruhan.Â
Pastinya hasil ini juga membikin Bobotoh Viking kuciwa pisan, mengingat bukan saja kedigjayaan tampil di bumi Parahiyangan, tetapi juga Persib tampil cukup moncer, namun kenapa begitu mandul, selain tidak bisa mengganjel kemenangan satu kosong, yang sudah diperoleh lebih dahulu.
Jadilah Persib masih mondok pada posisi 16, posisi degradasi dengan perolehan ponten hanya 8.
Sudah jauh lebih baik dari performa pekan lalu saat kalah 1-2 melawan Persis Solo, kali ini pasukan Pangeran Biru di perkuat oleh Center Back jangkung Nick Kuipers dan gelandang supreme Levy Madinda.
Pelatih bojan Hodak sendiri masih setia pada kerangka 4-4-2, sebuah kerangka kesetimbangan serang dan bertahan. Namun mestinya penmantapan 4-4-2 ini adalah sebuah ilustrasi serang dari sebuah kesebelasan.Â
Artinya serangan standarnya adalah dua pemain sayap menyerang, yang diback up oleh dua bek sayap dengan kombinasi overlap diantara kedua posisi flank itu.
Tapi Barito Putera memainkan Arsenal di pertandingan ini, sehingga serangan Persib yang mengharu biru selalu pecah di sepertiga lapangan. Â
Alhasil Persib hanya mengupayakan tembakan jarak jauh yang semi spekulasi seperti yang dilakukan oleh Ezra Wailan, Marc Klok, bahkan Rodriguez.Â
Beruntung salah satu tendangan super jauh setengah lapangan dari gelandang anyar Persib,Levy Madinda, di menit 41, lolos menusuk jala kiper Laskar Antasari, Rizky Parama yang posisinya kadung maju.
Meski lebih giat dari pekan lalu, barisan belakang Persib memiliki lebih banyak lack, ini tampak ketika ketika Barito Putera melakukan serangan balik.
Rahmad Darmawan (RD) sebagai pelatih Barito memainkan taktik yang terlihat nyata di pitch sebagai blue print yang jelas dari suatu skema formasi 4-1-4-1.Â
Memainkan dua gelandang, Makan Konate dan Mike Ott, sebagai pemain box-to-box dan Bayu Pradana di gelandang tengah sebagai holding, membuat Barito begitu lesat.
Peran pemain box-to-box ini sangat efektif mengelola korelasi kotak serang dan kotak bertahan Barito, selain serangan Persib bisa dibuyarkan lebih awal, sekaligus pula menjadi serangan balik yang mematikan.
Terlihat bahkan Nick Kuipers dan Rahmat Irianto kerap melakukan penyetopan taktis terhadap penyerang Barito, Gustavo Tocantis, juga dua sayap Bagus Kahfi dan Murilo Mendes.
Coach RD pancen oke dan cerdik memainkan style Arsenal untuk menahan gelombang serangan flank Persib yang banyak diinspirasi Beckham Putra.Â
RD juga bisa menggunakan gelandang kotak- ke-kotaknya menjadi senjata counter attack yang lebih unggul langkah, dari garis empat bek Persib.
Sejatinya laskar Viking bisa menahan kemenangan setelah unggul satu kosong di babak pertama, kerna di babak kedua justru Persib mendominasi pertandingan, namun malah kebobolan oleh Mendes penyerang gahar Barito.Â
Maung Bandung memiliki lebih banyak peluang, namun selalu gagal terutama peluang di depan mistar Brito yang tidak pernah maksimal.
Saya pikir ada yang salah dengan Persib atas ketidakmampuan mereka di kotak penalti lawan. Persib jadi seperti mengidap trauma kotak penalti, yang melahirkan ketidakpercayaan diri akan sebuah gol, apalagi membayangkan sebuah kemenangan.
Saya berpikir Persib bukan kehilangan teknis maupun taktis permainan, Persib adalah Persib dengan sejarah elit sepakbolanya yang panjang. Sama halnya dengan Persija, Persebaya dan PSM, mereka adalah the big four sejak jaman tujuhpuluhan, dengan permainannya yang khas masing-masing.
Dengan pelatih baru Bojan Hodak, seharusnya bolong-bolong pergerakan antar lini Persib sudah bisa tertambal, tapi ini tidak, dan itu terus berulang-ulang, meski telah dilakukan invasi pemain-pemain yang keren, namun tetap saja belum bergerak.
Saya kira Persib mengalami down integrity, menyebabkannya anjlok dan rating posisinya begitu parah ke zona degradasi yang tidak pernah terbayangkan untuk sebuah skuad elit seperti Persib.Â
Persib seperti kehilangan spirit penuh, untuk menghadapi dan memenangkan pertandingan sampai detik akhir.
Ini semacam problem di perangkat lunaknya, bukan pada hard warenya. Persib mesti melakukan kontemplasi dan lebih membuka hati ke hati antar pemain skuad.Â
Barangkali dengan hadirnya asisten pelatih baru Miro Petric, yang sekaligus soul mate pelatih Bojan Hodak, bisa ikut mengatasi masalah ini.Â
Kabarnya tangan kanan Bojan ini akan berperan sebagai infield coach yang mematangkan hubungan teknis dan non teknis antar pemain.Â
Semoga Persib bisa mengatasi hal ini. Bukankah begitu? Sok atuh dilanjut akang Bojan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H