Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Bianka dan Kadal Penakut

25 Juli 2023   16:49 Diperbarui: 25 Juli 2023   16:54 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bianka menunggu matahari di tepi jendela, dia terjaga lebih awal entah mengapa. Sudah beberapa hari berlalu, Bianka gadis kecil seperti merindukan mentari.

Saat langit menjulurkan awan-awan berwarna tujuh, Bianka tersenyum manis. Dari balik salju yang menggantung dia memandang matahari yang segan.

Mmm.. matahari segera datang! Lirihnya senang.
Waah.. dia seperti mata bumi!  Lihat! Jerit perempuan belum genap lima itu.

Blink, si anjing kecilnya mengulet, terusik suara Bianka. Dia merem melek, bulu putihnya keperakan ditimpa mentari, mungkin si pemalas itu tidur terlalu dalam di malam salju.

Sedang Ink, si kucing lincah itu, teramat sibuk dengan gulungan kertas, bulu lembut kuningnya seperti spot tinta merah terliput sinar pagi yang beku.

Green, burung beo kecil yang sebentar-sebentar menguap, juga masih enggan mengangkat sayap hijaunya, tetapi matanya yang elips bergerak-gerak seperti menghitung jarum jam untuk bersiap mengucap selamat pagi.

Terakhir, seekor kadal yang penakut dan semua memanggilnya Sifon, dia lembek lagi pemalu, dia  hanya bersembunyi di selimut kardusnya sepanjang musim dingin.

Hei! Lihat matahari! Teriak Bianka.

Anjing Blink dan Kucing Ink sergap melompat ke tepi jendela, sedang Green Beo terbang berputar di langit-langit kamar. Ketiga mereka pikuk menampilkan keberaniannya masing-masing.

Tapi Sifon kadal, menutup telinganya yang kecil, dia begitu kecut menyambut pagi, seakan dia menangisi malam yang hilang dari kotak kardus persembunyiannya.  Kadal Sifon menangis, dia serasa lonlely.

Bianka menghabiskan menit di jendela matahari yang sedikit terkurung awan salju. Dia mengamati semua anak buahnya, Blink, Ink, dan Green.

Ahaa.. mereka adalah tiga pemberani yang diandalkan! Kata gadis cilik Bianka. Tapi si lembek Kadal Sifon? Bianka mengendap dan mengungkap kardus dingin Sifon, lalu menggelitiknya tanpa ampun. Kadal itu memojok ke sudut.

Hei penakut! Kini saatnya kita bermain ke taman! Goda Bianka.
Tidak! Tinggalkan saya Bianka! Tinggalkan saya bersama ketakutan saya! Teriak Kadal Sifon.

Bianka tertawa ngekek dan tiga pengikut yang berjuluk para pemberani itu, ikut menjadi-jadi mengganggunya.

Anjing Blink njegog kencang tepat di kardus, sementara Kucing Ink mencakar-cakar kardus dan Beo Green mematuk-matuk atap kardus.

Mereka juga ikut berteriak-teriak dan memanggil si coward Sifon, si soft Sifon dan segala julukan sampah.

Hei lemah dimana kepalamu yang bisa menjulur api itu? Bahak mereka.

Kadal Sifon bergetar marah namun kepengecutannya lebih besar.
Pergilah kalian! Jeritnya.

Bianka terkikik, Blink, Ink dan Green juga terkikik.

Ayo kita bermain ke taman kota! Bianka mengajak ketiga kompak itu.
Dan kau Kadal, kau sembunyi saja seumur hidupmu! Hahaha...

Lalu Bianka dan ketiga sahabatnya berlarian keluar kamar. Mereka menyusuri pedestri jalan yang mulai ditumpuki salju. Keempatnya begitu bising di sepanjang jalan yang dingin dengan matahari yang minim.

Tak selang, tiba di sebuah taman ramah anak yang terbungkus sebagian salju semalam.

Blink anjing berlari dan langsung melompat tinggi ke perosotan, Kucing Ink juga melompat ke atas ayunan bergoyang, sedang Green si Beo bergulingan di komidi putar bersama Bianka.

Oh, senangnya! Akhirnya kita bisa bermain di taman salju ini! Bianka bernyanyi diiring bunyi Beo yang fales dan memekak. Keok! Keok!

Mereka sangat ria bermain di taman kota yang ramah anak, tanpa asap karbon, tanpa orang nongkrong-nongkrong gak jelas,  tanpa lalu lintas yang kemelut mengancam anak jalan, tanpa demo yang menakutkan ruang anak dan bahaya-bahaya anak lainnya.

Bianka dan 3 pemberaninya bermain lepas, tanpa ada yang dikuatirkan. Tapi apakah benar?

Sementara di seberang, di dalam kamar yang separuh gelap, Sifon Kadal menangis di kandangnya yang aman.
Aku benci! Mengapa aku tidak seberani mereka! Huh! Mereka membullyku setiap hari. Aku benci! Luap Sifon.

Ada rasa sebal dan marah, dan itu membuat tubuhnya yang legam mengembang mengeluarkan sisik, ekornya yang kuat bergoyang-goyang mengeras, sementara lubang hidungnya terasa panas bagai api. Begitu juga mulutnya terasa gatal bagai tumbuh taring.

Kadal Sifon tak bisa mengendalikannya saat dia sedang dilanda amarah, begitu banyak yang berubah di dalam tubuhnya seakan dia menjadi mahluk yang menakutkan.

Namun tiba-tiba dia mendengar suara yang gaduh dan tidak menyenangkan dari taman kota. Dia pun keluar kandang dan merayap cepat mendekati jendela kaca, dan melihat keempat sahabatnya berteriak-teriak ketakutan.

Blink menguik-nguik jerih, Ink Kucing meong gemetar dan Beo Green diam seribu bahasa seperti patung kayu.

Oowhhh! Tolong! Bianka menjerit sekuatnya.

Ternyata mereka tengah diancam oleh sesosok raksasa bermata satu, berjanggut hitam dengan pistol ditangan kiri dan kanannya memegang pedang tajam. Raksasa itu berkaki satu dan satu kakinya dari kayu. Tapi langkah dan suaranya berdebur seperti ombak.

Raksasa mendekat ke gadis kecil Bianka dan siap melahapnya. Bianka menjerit  sekencangnya.

Tolong bantu aku teman-teman! Tapi Anjing Blink, Kucing Ink dan Green Beo malah lari bersembunyi dibalik prosotan dengan wajah ketakutan.

Kadal Sifon yang melihat dari jendela, segera memecahkan kaca dan melompat ke jalan lalu merayap ngebut mencapai taman.

Tenang Bianka! Aku datang! Tiba tiba suara Kadal pemalu ini berubah bergemuruh, amarahnya jadi memuncak pol.

Dia melindungi Bianka dengan body reptilnya. Kadal Sifon melompat ke depan, mendengus seperti mesin kapal, ekornya mengembang besar, menggibas seperti besi mesin beko. 

Tubuhnya yang lembut, berubah bersisik gemerincing menggeliat dan yang lebih mengerikan, dari kedua hidungnya memancar api seperti api las. Mulutnya menganga menampakkan gigi mungilnya yang telah menjadi taring semua.

Raksasa kaget dan mundur selangkah, badannya bergetar.  Dia tidak menyangka kadal telah berubah menjadi naga.

Raksasa menembakkan pistol ke Sifon, tapi  peluru berbalik bagai menempa besi, lalu Sifon maju mengibaskan ekornya ke tubuh musuhnya, membuat raksasa terlempar lima meter seperti tertampar besi. 

Kadal Sifon yang telah berubah menjadi naga ini, semakin angry, dia mengejar sang raksasa dan menymburkan api besar membuat raksasa kepanasan bak dipanggang.

Ampun! Ampun! Kata Raksasa berlutut. Wajahnya separuh gosong. Aku tak akan mengganggu kalian lagi! Lanjutnya.
Pergi! Naga Sifon membentak, suaranya seperti guntur, membuat raksasa lari tunggang langgang.

Bianka ternganga dan berlari memeluk Kadal Sifon. Blink Anjing menjilatinya dan Kucing Ink menempelkan bulunya, sementara Beo Green memijat-mijat ekor Sifon.

Keempat sahabat Sifon berputar-putar suka ria, sedang Sifon kembali hilang amarah dan dia sudah  kembali ujud ke setelan pabrik, yaitu menjadi kadal yang lemah, lembut dan penakut.

Tapi Blink Gugug berbicara, jika dia sebenarnya lebih berani tadinya jika dia tidak bingung, dan Ink Cat mengerang  keras seperti kucing kawin. 

Aku juga dua kali lebih berani dari Kadal itu jika aku tidak kedinginan! Tegasnya gagah.
Haha.. aku tiga kali lebih berani lagi jika angin dingin tak menghalangi sayapku! Teriak Beo Green.
Yak! Kami bertiga memang lebih berani dari kamu, Kadal Sifon! Teriak mereka seperti pahlawan.

Kadal Sifon memandang kawan-kawannya.
Aku setuju kawan-kawan. Bahwa semua orang memang lebih berani dari saya! Katanya sembari menunduk takut.

Lalu mereka pulang kembali ke kamar Bianka dan menjalani hidup sehari-hari sebagaimana biasanya.

Bianka seorang gadis mungil beserta tiga sahabat-sahabatnya yang pemberani, yaitu Blink the Dog yang mengaum seperti macan, Ink si kucing yang mencakar seperti singa dan burung Green yang berkeok seperti elang.

Sementara Sifon si Kadal pengecut masih kerap menangis meminta kandang kardusnya aman, dan tidak diganggu oleh teman-temannya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun