Tak selang, tiba di sebuah taman ramah anak yang terbungkus sebagian salju semalam.
Blink anjing berlari dan langsung melompat tinggi ke perosotan, Kucing Ink juga melompat ke atas ayunan bergoyang, sedang Green si Beo bergulingan di komidi putar bersama Bianka.
Oh, senangnya! Akhirnya kita bisa bermain di taman salju ini! Bianka bernyanyi diiring bunyi Beo yang fales dan memekak. Keok! Keok!
Mereka sangat ria bermain di taman kota yang ramah anak, tanpa asap karbon, tanpa orang nongkrong-nongkrong gak jelas, Â tanpa lalu lintas yang kemelut mengancam anak jalan, tanpa demo yang menakutkan ruang anak dan bahaya-bahaya anak lainnya.
Bianka dan 3 pemberaninya bermain lepas, tanpa ada yang dikuatirkan. Tapi apakah benar?
Sementara di seberang, di dalam kamar yang separuh gelap, Sifon Kadal menangis di kandangnya yang aman.
Aku benci! Mengapa aku tidak seberani mereka! Huh! Mereka membullyku setiap hari. Aku benci! Luap Sifon.
Ada rasa sebal dan marah, dan itu membuat tubuhnya yang legam mengembang mengeluarkan sisik, ekornya yang kuat bergoyang-goyang mengeras, sementara lubang hidungnya terasa panas bagai api. Begitu juga mulutnya terasa gatal bagai tumbuh taring.
Kadal Sifon tak bisa mengendalikannya saat dia sedang dilanda amarah, begitu banyak yang berubah di dalam tubuhnya seakan dia menjadi mahluk yang menakutkan.
Namun tiba-tiba dia mendengar suara yang gaduh dan tidak menyenangkan dari taman kota. Dia pun keluar kandang dan merayap cepat mendekati jendela kaca, dan melihat keempat sahabatnya berteriak-teriak ketakutan.
Blink menguik-nguik jerih, Ink Kucing meong gemetar dan Beo Green diam seribu bahasa seperti patung kayu.
Oowhhh! Tolong! Bianka menjerit sekuatnya.