Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan & The Dog

15 Maret 2022   17:39 Diperbarui: 15 Maret 2022   17:54 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from pixabay.com

Saban malam saya membawa anjing saya berjalan-jalan menyusuri pedestrian di sepanjang  perumahan hingga lepas terotoar jalan raya. Saya memulai pekerjaan rutin ini pukul 9 malam dan tiba kembali ke rumah pukul 10. 

Kami berdua menikmati tanpa bosan, malam yang sama, cahaya yang sama, angin yang sama dan traffic yang sama yang sudah mereda. 

Pada dasarnya anjing jantan saya itu jenis anjing kampung, berperawakan sedang, berbulu hitam dengan bercak-bercak putih di sekujurnya. Dan kami sudah menjalin kebersamaan sejak 4 tahun lalu, saat pertama dia datang meranggeh pintu depan rumah. 

Saya merasa iba dan mengadopsinya dengan menamakannya si Bleki. Ternyata naluri saya tidak salah, Bleki anjing yang santun, dia tidak menggonggong, tidak melompat, tidak menjilat, tidak birahi dan tidak naik ke tempat tidur. Dia hanya memandang dengan matanya setiap apa yang hendak dilakukannya. 

Malam ini udara sedikit dingin dan angin berbau hujan, saya mengenakan outfit yang masih sama dengan sepuluh tahun lalu, celana baggy dan sweater, sementara Bleki berdiri disebelah saya.

Bleki, sit! Saya memerintahnya duduk dan dia pun duduk, lalu saya mengalungkan tali pengikat ke lehernya dan menggenggam tali ikatnya. Bleki, go! Dia berdiri dan mengikuti langkah saya berjalan menyusuri tepi jalan.

Sampai tiba di simpang jalan menuju jalan raya kami berpapasan dengan seorang gadis. Seorang perempuan muda berhenti di hadapan kami, terlihat dia mengenakan uniform sebuah super market, matanya memandang saya dan anjing.

Selamat malam Opa! Katanya. Malam! saya menjawab. Lalu perempuan muda itu membungkuk dan membelai kepala Bleki. Anjing yang manis, iya enggak sih? Katanya ragu. Bleki mendengus, buntutnya terangkat ke atas dan bergoyang-goyang, tapi mahluk itu tetap sopan tidak berlebihan, hanya matanya saja bergantian menatap gadis itu dan mata saya.

Siapa nama kamu?
Bleki! Kata saya.
Cute! Katanya. Lalu perempuan muda itu berdiri dan permisi.
Oke, Opa hati-hati! Katanya. Saya mengangguk. Anda juga!

Kami lalu meneruskan perjalanan yang belum separuh, dan Bleki sesuai waktunya memohon berhenti di dekat tiang listrik dan saya mengabulkannya, lalu anjing itu mengangkat satu kaki belakangnya dan mengencingi tiang listrik. Setelah dia lega, kami melanjutkan pekerjaan malam rutin ini.

Siang ini saya harus pergi ke super market, untuk membeli sekotak kaleng beer dan satu slop sigaret putih yang hampir tandas.
Bleki, sit! Saya memberikan pelet kepada anjing itu dan meninggalkannya. Menyalakan mobil tua saya di garasi dan melaju lepas ke jalan raya. 

5 menit kemudian saya telah memarkir vehicle di muka supermarket, lalu saya mengambil keranjang. Masuk dan mencari rak aisle liquid dan sigaret. Tiba di muka rak tampak seorang gadis karyawati market, dia sedang menelusuri rak bawah dari rak yang saya tuju, tubuhnya membungkuk sehingga terlihat betis indahnya, saya berdiri di belakangnya. Tak lama perempuan itu bangkit dan menoleh.

Ah! Opa! Katanya. Saya mengamati wajahnya sejenak dan berpikir bahwa ini adalah gadis yang saya jumpai semalam,  saya pun mengangguk sopan. Cari apa Opa?
Rokok!
Silakan! Jawabnya. 

Saya menggapai rak atas sigaret tetapi perempuan sigap itu merengkuh lebih cepat, tubuhnya tinggi dan ramping. Ini Opa! Katanya sembari menyodorkan sigaret dimaksud.
Thanks, Nona!  Apa lagi Opa?
Saya perlu bir kaleng! Dia pun sregep dengan kedua lengan lentiknya meraih sekotak bir dan meletakkannya di keranjang.
Thanks Nona! Ah! Jangan panggil nona, saya Inka! Perempuan cantik itu mengajak salaman. Baiklah! Saya Frenk!

Hei! Bagaimana kabar Bleki? Tiba-tiba dia bertanya. Ah! Maksudnya anjing itu? Hmm.. Angguknya, dia seperti antusias menyakan anjing saya. Dia ada di apartemen, dia anjing yang santun! Jawab saya.

Boleh saya menengoknya? Tentu saja, tapi dia anjing penyendiri. He is a lonely dog! Terang saya.  Anjing yang cute, aku pikir aku menyukai dia! Sergahnya. Baiklah, anda bisa melihatnya kapan saja!
Sure?
Sure, no problem.

Dan malam hari perempuan super market bernama Inka  itu sudah berdiri menanti di sudut jalan, tempat  biasa saya lewati bersama Bleki. Dia tampak sumringah lalu membelai kepala Bleki, anjing itu kembali mendengus dengan ekornya bergoyang, matanya menatap saya dan Inka bergantian, meskipun kuper, ternyata si Bleki tetap sopan dan tidak berlebihan. 

Hanya anehnya kali ini dia tidak meminta kencing di tiang listrik, mungkin malu sama gadis yang baru di kenalnya ini. Kemudian kami bertiga berjalan sesuai rute biasanya menyusuri malam, sampai pukul 10.

Boleh aku bersama Bleki malam ini? Perempuan cantik itu bertanya separuh memohon.
Maaf Inka! Saya hidup sendiri dan kau sebaiknya pulang. Jelas saya. Aku tak akan mengganggu Opa dan biarkan aku tidur bersama Bleki! Please! Desaknya memelas. Baiklah! kata saya.

Lalu kami masuk ke dalam apartemen dan saya masuk ke dalam kamar untuk minum, merokok dan menulis, sementara Inka di ruang living bersama Bleki. Mereka berdua tampak senang, dan saya membiarkannya, setelah sebelumnya membebaskan Inka untuk memakai bath room luar dan juga saya berikan beberapa salin pakaian branded bekas, milik istri saya yang mati muda.

Selanjutnya hampir saban malam Inka menetap di apartemen saya hingga selama beberapa minggu, saya tidak bisa melarangnya karena dia juga mengurus Bleki dan saya, sepulang bekerja. Inka juga memasak dan memandikan Bleki sehingga anjing itu menjadi kinclong, Inka juga merapikan tempat tidur saya dan membersihkan bed room yang semula kumuh berubah menjadi standard.

Dia juga mencuci pakaian luar dan dalam saya. Dan saya tidak lagi keberatan dia menempati kamar kosong bersebelahan kamar saya yang terhubung dengan sebuah pintu.

Sampai di satu pagi, saya pikir semalam saya tertidur larut sehabis  4 kaleng bir dan 1 pak rokok, saya terbangun jam 10 siang dan melangkah ke living room, namun saya hanya menemukan sepi, saya tidak menemukan anjing saya Bleki, meski saya sudah memanggilnya berulang. 

Saya periksa kamar Inka yang terlihat sedikit terbuka, serta merta saya melangkah masuk ke kamarnya. Tentu saja dia sudah berangkat kerja, saya mencari Bleki sekiranya dia bersembunyi disana, tapi nihil. Sebentar saya menatap meja di kamar perempuan muda ini dan saya mendapati foto-foto kami bertiga, saya , Inka dan Bleki. 

Beberapa saya menemukan  foto saya sendiri mengenakan underwear sambil mengacungkan dua jari, saya tak mengingatnya apakah itu hasil bidikan Inka saat saya sedikit mabuk. 

Lalu saya keluar menuju ruang dapur, tampak sepiring nasi goreng telah tersaji di atas meja makan yang telah disiapkan Inka. Saya sendiri belum berhasrat sarapan, hanya mengambil sebatang rokok, membakarnya, lalu menghisapnya dalam-dalam. Masih merasakan sunyi aneh yang tidak biasanya, saya pun memeriksa halaman belakang apartemen namun tak menjumpai anjing saya Bleki. Lalu saya menelpon Inka namun cellphonenya inbox. Saya pun pergi mandi.

Siang hari saya pergi ke supermarket untuk menjumpai Inka pada jam break lunch, dan saya tidak mendapati perempuan cantik itu. Ketika saya tanyakan ke supervisor dia mengatakan Inka sudah 4 tahun yang lalu resign.
Tidak mungkin, 3 minggu ini kami bersama! Terang saya. Supervisor memandang saya sepertinya dia sering mengalami persoalan ini.

Apakah Opa memiliki anjing? Tanyanya. Yup! Anjing itu bernama Bleki! Kata saya. Lalu dia menyeret saya ke ruang kantornya, dan mengeluarkan satu lembar kertas lawas yang tampak sudah dimakan waktu dari laci sebuah lemari. Lalu dia memberikannya dan saya segera membacanya. Surat itu tulisan Inka, isinya bahwa dia mengambil anjingnya kembali pulang, dan meminta maaf. Dia juga berpesan kepada saya, supaya saya banyak berhubungan dengan wanita untuk menjaga prostat saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun