Siang ini saya harus pergi ke super market, untuk membeli sekotak kaleng beer dan satu slop sigaret putih yang hampir tandas.
Bleki, sit! Saya memberikan pelet kepada anjing itu dan meninggalkannya. Menyalakan mobil tua saya di garasi dan melaju lepas ke jalan raya.Â
5 menit kemudian saya telah memarkir vehicle di muka supermarket, lalu saya mengambil keranjang. Masuk dan mencari rak aisle liquid dan sigaret. Tiba di muka rak tampak seorang gadis karyawati market, dia sedang menelusuri rak bawah dari rak yang saya tuju, tubuhnya membungkuk sehingga terlihat betis indahnya, saya berdiri di belakangnya. Tak lama perempuan itu bangkit dan menoleh.
Ah! Opa! Katanya. Saya mengamati wajahnya sejenak dan berpikir bahwa ini adalah gadis yang saya jumpai semalam, Â saya pun mengangguk sopan. Cari apa Opa?
Rokok!
Silakan! Jawabnya.Â
Saya menggapai rak atas sigaret tetapi perempuan sigap itu merengkuh lebih cepat, tubuhnya tinggi dan ramping. Ini Opa! Katanya sembari menyodorkan sigaret dimaksud.
Thanks, Nona! Â Apa lagi Opa?
Saya perlu bir kaleng! Dia pun sregep dengan kedua lengan lentiknya meraih sekotak bir dan meletakkannya di keranjang.
Thanks Nona! Ah! Jangan panggil nona, saya Inka! Perempuan cantik itu mengajak salaman. Baiklah! Saya Frenk!
Hei! Bagaimana kabar Bleki? Tiba-tiba dia bertanya. Ah! Maksudnya anjing itu? Hmm.. Angguknya, dia seperti antusias menyakan anjing saya. Dia ada di apartemen, dia anjing yang santun! Jawab saya.
Boleh saya menengoknya? Tentu saja, tapi dia anjing penyendiri. He is a lonely dog! Terang saya. Â Anjing yang cute, aku pikir aku menyukai dia! Sergahnya. Baiklah, anda bisa melihatnya kapan saja!
Sure?
Sure, no problem.
Dan malam hari perempuan super market bernama Inka  itu sudah berdiri menanti di sudut jalan, tempat  biasa saya lewati bersama Bleki. Dia tampak sumringah lalu membelai kepala Bleki, anjing itu kembali mendengus dengan ekornya bergoyang, matanya menatap saya dan Inka bergantian, meskipun kuper, ternyata si Bleki tetap sopan dan tidak berlebihan.Â
Hanya anehnya kali ini dia tidak meminta kencing di tiang listrik, mungkin malu sama gadis yang baru di kenalnya ini. Kemudian kami bertiga berjalan sesuai rute biasanya menyusuri malam, sampai pukul 10.
Boleh aku bersama Bleki malam ini? Perempuan cantik itu bertanya separuh memohon.
Maaf Inka! Saya hidup sendiri dan kau sebaiknya pulang. Jelas saya. Aku tak akan mengganggu Opa dan biarkan aku tidur bersama Bleki! Please! Desaknya memelas. Baiklah! kata saya.
Lalu kami masuk ke dalam apartemen dan saya masuk ke dalam kamar untuk minum, merokok dan menulis, sementara Inka di ruang living bersama Bleki. Mereka berdua tampak senang, dan saya membiarkannya, setelah sebelumnya membebaskan Inka untuk memakai bath room luar dan juga saya berikan beberapa salin pakaian branded bekas, milik istri saya yang mati muda.
Selanjutnya hampir saban malam Inka menetap di apartemen saya hingga selama beberapa minggu, saya tidak bisa melarangnya karena dia juga mengurus Bleki dan saya, sepulang bekerja. Inka juga memasak dan memandikan Bleki sehingga anjing itu menjadi kinclong, Inka juga merapikan tempat tidur saya dan membersihkan bed room yang semula kumuh berubah menjadi standard.