Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Jendela Lantai 8

29 November 2021   21:17 Diperbarui: 1 Desember 2021   20:45 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dari jendela kamar. (Sumber: pixabay.com/Michael Gaida)

Tidak ada Luna lagi yang cerewet memprotes caraku begadang, caraku menulis tapi menyimpan segala lengkap di dalam hatinya.

***

Kondisi terakhir, aku menulis satu puisi di atas kertas bungkus gorengan, sebelum bangkit pagi itu, tanpa tulisan lagi dan kenangan tersisa, aku merambah jendela. 

Memandang ke bawah ruang bumi di pagi hari, orang-orang diluar sana sedang membuat uang. Dokter, editor, admin, hakim, tukang kompor, tukang komik, tukang cerita, tukang kayu, tukang pipa, wartawan, polisi, tukang cukur, pencuci mobil, pelayan, koki, sopir taksi, peragawati.

Sesudahnya aku hanya merasakan melayang bersama bungkus gorengan. Mungkin beberapa akan mendapati di tanah dan membacanya, dari "puisi yang ditulis sebelum melompat keluar dari jendela lantai 8" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun