Jooon! Sarah menjerit dan mendekapku di lantai, mataku terasa berputar seperti mabuk, bibirku bergetar komat-kamit.Â
Bukankah aku lelaki sejatimu, sayang? Aku merasakan kepalaku ada dipangkuan Sarah, menatap dalam ke matanya.Â
Tentu, Jon! Kamulah lelaki sejati selama ini! Sarah mengusap kepalaku dengan gentle dan aku merasa begitu damai dalam belaianya. Membuatku terpejam dengan rasa kantuk yang hebat, ku pikir tak lama akupun tertidur di pangkuan Sarah.
Aku tak mendengar apa-apa lagi dan masih mengigau ketika dia menaruh bantal di kepalaku. Aku berusaha menyapa tapi tak sampai, ketika sisa kesadaranku hanya bisa melihatnya berjingkat, perlahan mendekati pintu untuk keluar lalu meninggalkan ku.
Di luar terlihat udara terik, perempuan cantik Sarah berjalan perlahan menyusuri  pedestrian bulevard, melewati pertokoan yang sudah mulai membuka dagangannya. Bersama rokok putih dingin di bibir merahnya, Sarah berjalan seakan mengetahui arah tujuannya.
Dan Sarah berhenti di depan sebuah bar layaknya familiar. Udara dingin ruang dalam kafe menyeruak keluar ketika Sarah membuka pintunya. Bartender tersenyum menyambut kedatangan tamu wanitanya dan memberi kode dengan matanya. Sarah menatapnya tanpa reaksi, sambil terus berjalan mendekati meja seorang lelaki.
Apakah kau terlalu lama menunggu, sayang? Sarah merebahkan  tubuhnya tepat di sebelah lelaki yang ditujunya, lelaki itu mendekapnya.  Maaf Kevin, si tua itu terlalu banyak mengoceh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H