Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harimau Bibi

16 Agustus 2021   15:01 Diperbarui: 16 Agustus 2021   15:03 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betul! Cincin besar ini begitu menggangguku! Bibi menggerutu, terlihat wajahnya seperti marah.

Lepaskan saja dulu cincin kawin Paman, Bibi..! Aku menawarkan solusi, tapi Bibi menggeleng keras. Selikas tampak ada rasa takut di wajahnya andai sekiranya harus melepas cincin itu.

Aku tidak berani mencopotnya...! Bibi mendesis sambil memandang cincin yang duduk berat di jari tangannya. Lalu Bibi tetap melanjutkan 'breien' dengan jari yang terlihat berat . Katanya dia harus menyelesaikan anyaman renda itu sebelum waktunya habis.

Aku tak mengerti maksud bibi waktu itu, yang ku tau Bibi begitu fatik dilanda kelelahan hebat setelah merampungkan renda wolnya. Dan aku benar-benar menyesalinya, bahwa Bibi pergi begitu singkat, setelah menyelesaikan 'breien'nya. Bibi meninggal sehari setelah pekerjaannya selesai.

Dan menjelang pemakaman, terakhir kali ku pandangi sosok Bibi yang terlihat jemarinya masih dilingkari oleh cobaan berat meskipun dikuasainya.

***

Selepas hari ketiga kematian Bibi, dalam kedukaan, aku mendapati gulungan lembaran renda wol yang telah selesai dikerjakan Bibi. Perlahan kuraih dan dengan hati-hati kubuka gulungan panel renda tebal itu, dan seketika aku tertegun menatapnya. aku melihat motif renda yang tampak mencolok, aku mengamati bahwa anyaman renda itu berupa gambar seekor harimau besar, berwarna loreng, kuning berkontras  dengan garis-garis hitam yang tampak seperti hidup. Aku pikir saat itu aku tak bisa berkata-kata.

Dan saat itu pula, aku sempat melihat seekor harimau persis seperti motif renda Bibi, harimau itu melintas dan menghilang ke balik lukisan besar Paman di dinding ruang keluarga.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun