Maksudmu tidak sama lagi? Apakah tidak ada lagi pertemuan yang mengejutkan dan berdebar?
Dia menggeleng. Lehernya terlihat kaku. Saya membisu, berpikir bakal tidak akan menemukan rindu sesudah pernikahan?
Saat itu pula saya bersedih menatap kabut yang berganti hujan. Ingin rasanya saya terbang menembus tirai hujan untuk bermain sesuka hati. Membiarkan air hujan yang dingin merambah bulu-bulu halus di kulit saya.
Perkawinan ini akan menjadi ruang yang terkunci! Perlahan saya berucap kepada lelaki tampan itu. Namun dia bereaksi seakan tak mengerti kecuali undang-undang.
Kau bisa terus bernyanyi dan berputar! Sahutnya seakan memberi pengertian yang diyakini benar.
Ah! Betapa beratnya!
***
Hari kemudian saya sudah bertemu dengan sahabat-sahabat saya, setelah saya memotong lintasan perjalanan indah mereka. Mereka adalah tiga sahabat lama dengan penampilan berbeda. Dan kalian tahu? Setiap saya berjumpa dengan mereka yang ada hanya kebaruan yang saya rasakan, demikian pula sebaliknya bagi mereka.
Kali ini karib yang paling centil menggunakan hiasannya yang teranyar, saya menatap kagum tak henti ke sekujur dadanya yang berwarna ungu azalea, saya memeluknya karena harum violetnya membuat begitu besar hasrat untuk memeluknya. Kemudian saya melirik ke si tengah, yang selalu memakai manik-manik berwarna belang. Si periang ini selalu penuh kisah yang tak pernah membosankan.Â
Dan sahabat saya yang terakhir, yang berjuluk si angsa, dikarenakan jenjang indah lehernya kali ini menggunakan kemilau emas di lehernya yang menggelinding seperti luncuran bintang.
Kami berbicara riang seperti tidak satupun sanggup menghalangi, membuat cemburu kelompok lainnya yang saya pikir juga tidak kalah cantiknya, tampak mereka memakai gaun berbulu lembut cokelat cerah.