Aku ceritakan! Betapa menggigil tubuh kemarin ketika hujan. Aku merasa dingin dan sakit. Namun tidak lucu adalah lebih perih! Ketika aku melepas riasan, jiwaku bercerita tentang kegelapan dan aku masih belum bisa menyelesaikan kisah duka bapak ibuku.Â
Betapa getirnya ketika kita berduka namun harus tertawa! Apakah kalian pernah rasakan? Â Lalu suara Sarpin seperti mendengung membaca kisah sepi dan sedih yang seperti tak berharga. Hingga suara Sarpin mulai melirih dan tampang badutnya bergetar setelah menyelesaikan kisah duka.
Dari sudut bola mata yang sedikit buram Sarpin mencuri pandang ke penontonnya. Apakah semua orang menangis? Â Oh tidak, tidak! Meraka malah tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali Badut! Teriak mereka sambi memegangi perut. Para penonton terus tertawa sampai mengguncang-guncang pohon. Ha-ha-ha-ha. He-he-he-he! Â Badut paling lucu!
Merka tertawa dengan lolongan, teriakan dan jeritan sedemikian panjang, bahkan ketika badut Sarpin meninggalkan lapangan dengan titik air mata, mereka terus tertawa. Mereka tertawa sepanjang hari, sampai berminggu-minggu, hingga mata mereka membanjirkan air mata karena tak bisa menahan terbahak-bahak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H