Di sayup musik tembang panggung muka, saya coba berani hati mendekat sang biduan, yang seperti sudah amat terbiasa menghadapi lelaki. Dan dalam keadaan langit luar yang masih tertembus pandang lewat embun bercampur asap aroma cengkeh, saya menyapanya.
"Saya mengagumi suara anda tadi". Dia memalingkan pandang pesonanya.Â
"Abang baru rupanya?"Â
"Satu malam ini".Â
"Aku tau..".Â
"Saya Denimekoi" saya menjulurkan lengan dan dia menyambut jabat saya. Sekali ini dia menatap.
"Inka".Â
"Saya tau..". Â Lalu dia kembali menghisap tembakau beratnya, seperti tak terjadi suatu apa. "Masih ada tampil?"
 "No!"Â
"Maaf, kamu sudah selesai panggung?". Dia mengangguk.Â
"Sudah lama?" kembali dia menoleh.Â