Entah kenapa akupun mengiyakan saja, dan segera menebusnya ke dispensary lalu pulang kerna malam ternyata kembali diguyur hujan.
Obatpun ku telan sebelum ku mendarat diperaduan, kerna tiba tiba badanku merasa lelah menanggung ronta otak di dalam benakku, membuatku begitu cepat terlelap pelor (nempel molor).
Di alam tidur kurasakan mimpi,  bahwa batok kepalaku  terbuka dan dengan serta merta otakku pun tak tertahan bergegas melanglang. Aku berusaha mengejar di belakangnya meski dengan nafas menggeh menggeh. Hingga pada akhirnya tiba disatu ruang tak hingga bercahaya perak yang berasal dari satu sosok tanpa bentuk. Otakku terhenti disitu demikian pula ku berhenti dibelakangnya.
Kulihat kehadiran kekasihku Jelita berdiri anggun disisi sosok cahaya perak itu, dia terlihat jauh lebih muda dan mempesona, mengenakan sayap putih dipunggungnya bak sayap Pegasus.
"Inilah kawan lama mu!" suara merdu Jelita mengenalkan sosok cahaya disampingnya.
Aku terpana, bersamaan pula otakku yang berada didepanku, mengirimkan sinyal terjemahan yang bisa kupahami yang mengatakan.
"Itulah jiwamu" Â Â