"Tapi aku menorehnya dengan pikiran sehat say"
"Akal sehat berbeda dengan hati sehat"
"Kamon hanei. Ini cuman soal momen. Dan sekarang kelar"
"Tak semudah itu ferguso. Kamu jadi penulis oportunis sekarang. Dari sastra sains ke partisan lalu kembali lagi ke alam. Â "
"Apa yang salah, dear?"
" Itu mencederai. Sejatinya tanpa pernah ada larangan kebebasan ketika kamu sastranisasi paslon, lalu sayang banged membikin sastra indahmu semula, seperti bercampur sampah."
"Tapi aku bukan karyawan negri?"
"Kamu sastra negara, kan? Itu namamu juga kan, denmas sastronegoro?"
"Apakah artinya manusia enggan membaca ku kembali? Tdak semudah itu fersogu! Membaca itu keindahan yang pribadi bukan sentimen pribadi"
"Kamu suamiku sayang. Aku sukak tulisanmu sekaligus aku sukak sama kamu. Itu tak terpisahkan. Engga tauk deh yang lain. Apakah mereka bisa memisah misahkan antara rasa kamu dan rasa tulisan kamu?"
"Lalu?"