Kami saling bersentuhan tangan, tanda setuju mengakhiri masa pacaran kami, usaikan sebuah fatamorgana cinta fiksi, yang meski memiliki tujuan jelas, hanya itulah, jodoh memang tak pasti.
"Sudahlah.." aku menghapus genangan air dimendung mata April.
"Kita akan tetap basudara, bukan begitu Dre?" April bertutur lirih
"Mmm.. aku kagak tau Apre.. Mungkin tidak ya.."
"Kau kejam, Dre!"
"Nup!" aku menggeleng pelan.
"Why?"
"Kita selesai dan bukan saudara. Kita tak perlu ruang  lagi untuk kembali. Itu yang terbaik. Ini buat kebaikan kita kedepan, no heart feeling for future"
"Oo, Seperti itu?"
"Yoi"
Lalu kami terdiam, keluar saung bersama menatap bintang di langit. Tidak lagi memohon kepada bintang berpijar, kecuali memohon ikhlas,enggak sakit hati.