Meli kesal, sudah tiga bulan ini bermasalah dengan kompornya, sehingga membuat spirit masak memasaknya down. Yang bikin senewen, persoalan kompor terus berkelanjutan mendera, padahal segala upaya sudah dilakukan, dari memanggil tukang reparasi kompor sampai tukar tambah, masalah mengerikan ini masih menghantuinya.
Bahkan baru kemarin Meli membeli kompor baru, hari ini sudah ngadat tidak mampu menjentikkan titik api meskipun nosel gas butan sudah menyembur. Jadi cuman buzz.. lalu hanya tercium aroma aditif yang diinjek kedalam elpiji.
"Dimatiin kompornya mih! Kalo gas akumulasi bisa meledak jika ada nyala api. Ini penyebab utama ledakan elpiji, bukan tabungnya yang meledak, desain pressurenya itu ratusan bar, jadi enggak mungkin meledak, mih!" Arip sang suami menjelaskan seperti pejabat pertamina. Â
"Brisik!" Meli teriak dari dapur.
"Exhaustnya dinyalain, mih. Biar gasnya terhisap keluar, gas butan itu mengendap dibawah karena lebih berat dari udara!" Arip kembali mengajari bak manajer kilang.
"Cerewet!" Meli menyaut masih berkutat di ruang dapur, sambil mencet kontak kipas exhaust on.
Bau gas ini memang sudah menyeruak ke ruang santai yang berawal dari dapur, seingat Arip ini kali ketiga hidungnya mendengus bocoran gas dari sana.
"Kenapa ya mih?"
"Tahuk" Meli duduk mendekat cemberut.
"Kompor kita berapa semua, mih?"
"Nem"