Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengubah Kampung Kriminal Jadi Kampung Mural

28 November 2018   16:09 Diperbarui: 28 November 2018   19:22 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kampung mural Pancuran (foto: dok pri)

Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga yang dulunya dikenal sebagai perkampungan kriminal,belakangan berubah menjadi kampung mural. Perubahan tersebut merupakan salah satu agar nantinya jadi destinasi wisata, seperti apa upaya warga dalam mengubahnya ? Berikut penelusurannya.

Seperti galibnya sebuah perkampungan yang terletak di dekat pusat perekonomian, Pancuran merupakan kampung yang padat penduduk sehingga berimplikasi pada tingginya angka kriminal yang dilakukan oleh para remaja mau pun pemudanya. Dari mulai perjudian, penganiayaan, tawuran, penipuan hingga pemerasan dulunya kerap terjadi di kalangan pemuda kampung ini.

Budi Sutrisno, selaku Ketua RW 04 yang membawahi kampung Pancuran, mengaku sudah penat mengurusi warganya yang terlibat kasus kriminal.

Sebab, sejak dirinya masih kecil, hingga dilantik menjadi Ketua RW 15 tahun lalu, berbagai tindak pidana yang melibatkan warganya selalu memaksa pihak RW untuk intervensi. " Pokoknya lengkap kasusnya, kami pengurus RW sudah capek mengurusinya," ungkapnya.

Prasasti kampung Pancuran yang ditandatangani Walikota Salatiga (foto: dok pri)
Prasasti kampung Pancuran yang ditandatangani Walikota Salatiga (foto: dok pri)
Hal ini tentunya bisa dimaklumi, pasalnya, jaman dulu, mayoritas warga Pancuran beraktifitas di pusat perekonomian, mulai pasar, terminal hingga jalan raya Jendral Sudirman. Karena orang tuanya pada sibuk mencari nafkah, anak- anaknya cenderung tumbuh tanpa pengawasan. " Akibatnya, mereka (remaja) tumbuh semau gue," jelas Budi Sutrisno.

Budi yang membawahi 18 Ketua RT, sehari- harinya merupakan PNS yang bertugas di luar kota Salatiga. Kendati begitu, didukung perangkat RW lainnya, sepulang bekerja, ia selalu menyempatkan diri berkeliling kampung untuk memantau aktifitas warganya. 

Kadang, sampai larut malam dirinya berpatroli dari satu RT ke RT lainnya, tujuannya hanya satu, memastikan warganya dalam kondisi aman.

Lukisan tembok dua pahlawan Nasional asal Salatiga (foto: dok pri)
Lukisan tembok dua pahlawan Nasional asal Salatiga (foto: dok pri)
Hingga memasuki bulan Agustus lalu, saat mengikuti rapat di Kecamatan Tingkir, Budi ditantang oleh Camat Tingkir Nunuk Dartini. 

Ia diminta membenahi perkampungan Pancuran yang selama ini dikenal kumuh, berpenduduk padat dan mempunyai tingkat kenakalan pemudanya lumayan tinggi. Spontan, mendapat tantangan tersebut, Budi langsung menyanggupinya.

Dua bapak kemerdekaan RI juga ada di sini (foto: dok pri)
Dua bapak kemerdekaan RI juga ada di sini (foto: dok pri)
Mulai Berbenah

Dengan menggandeng seluruh Ketua RT yang ada, Budi mulai bergerak merumuskan tantangan Camat Tingkir. Tahap awal, mereka melakukan pendekatan terhadap anak- anak muda yang mempunyai hoby berbuat onar.

Rupanya pembicaraan dari hati ke hati cukup mengena di kalangan warga. "Hasilnya, kalau masalah kriminal, kampung ini selama lima tahun terakhir sudah mengalami tingkat penurunan hingga 90 persen," jelas Budi serius.

Tak hanya orang dewasa, anak- anak ikut mengecat (foto: dok pri)
Tak hanya orang dewasa, anak- anak ikut mengecat (foto: dok pri)
Setelah berhasil menurunkan angka kriminal di kampungnya, Budi mulai mensosialisasikan tentang pentingnya kebersihan lingkungan.

Saluran irigasi yang dulunya terlihat kotor, dibenahi sehingga relatif bersih. Karena di tahun sebelumnya warga sudah memulai melakukan pengecatan di sana sini, akhirnya Budi dan perangkat kampung menemui Wali Kota Salatiga , Yulianto. Tujuannya, meminta dukungan agar Pancuran mampu menjadi kampung wisata.

Pertemuan singkat dengan Wali Kota membuahkan hasil berupa dukungan penuh, terkait hal tersebut, ikut digandeng sebuah perusahaan yang memproduksi cat. Produsen cat itu nantinya bakal memberikan support berupa bahan cat. "Ketika rencana ini kami sampaikan pada Didik Ompong yang merupakan seniman lukis kelahiran Pancuran, ternyata direspon positif," ungkap Budi.

Rumah warga yang ikut lebih berwarna (foto: dok pri)
Rumah warga yang ikut lebih berwarna (foto: dok pri)
Tanggal 17 Agustus 2018, seusai menggelar upacara hari ulang tahun kemerdekaan, dimulailah pembuatan mural. Didik Ompong sendiri mengerahkan puluhan pelukis Salatiga untuk menggambar tokoh- tokoh nasional di kanvas tembok. Sedangkan warga Pancuran ikut membantu mengecat dasar dan menyediakan konsumsi.

Hampir tiga bulan penuh para seniman lukis beraksi di berbagai sudut kampung Pancuran, hasilnya, sekarang gambar- gambar pahlawan nasional asal Kota Salatiga mampu dinikmati.

Kendati secara keseluruhan baru sekitar 50 persen yang terisi mural, namun langkah tersebut sangat layak diapresiasi. Sebab, perubahan kampung kriminal menjadi kampung mural, bukanlah pekerjaan yang mudah.

Salah satu sudut kampung mural Pancuran (foto: dok pri)
Salah satu sudut kampung mural Pancuran (foto: dok pri)
Sebenarnya kampung Pancuran cukup layak dijadikan kampung warna yang tentunya bisa menjadi destinasi wisata, apa lagi di lokasi terdapat jalan bertegel batu peninggalan pemerintahan kolonial Belanda.

Sayang, jalanan berusia ratusan tahun itu sudah banyak yang diganti dengan aspal, cor mau pun paving.

Jalan bertegel batu peninggalan Belanda (foto: dok pri)
Jalan bertegel batu peninggalan Belanda (foto: dok pri)
Itulah penelusuran ke kampung mural di pusat Kota Salatiga, seperti yang disampaikan Budi mau pun Kelik yang menjabat sebagai salah satu Ketua RT, Pancuran masih membutuhkan waktu serta dukungan penuh dari pemerintah kota agar mampu menjadi destinasi wisata.  Yang pasti, perubahan moral yang ada sangat menginspirasi siapa pun. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun