Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga yang dulunya dikenal sebagai perkampungan kriminal,belakangan berubah menjadi kampung mural. Perubahan tersebut merupakan salah satu agar nantinya jadi destinasi wisata, seperti apa upaya warga dalam mengubahnya ? Berikut penelusurannya.
Seperti galibnya sebuah perkampungan yang terletak di dekat pusat perekonomian, Pancuran merupakan kampung yang padat penduduk sehingga berimplikasi pada tingginya angka kriminal yang dilakukan oleh para remaja mau pun pemudanya. Dari mulai perjudian, penganiayaan, tawuran, penipuan hingga pemerasan dulunya kerap terjadi di kalangan pemuda kampung ini.
Budi Sutrisno, selaku Ketua RW 04 yang membawahi kampung Pancuran, mengaku sudah penat mengurusi warganya yang terlibat kasus kriminal.
Sebab, sejak dirinya masih kecil, hingga dilantik menjadi Ketua RW 15 tahun lalu, berbagai tindak pidana yang melibatkan warganya selalu memaksa pihak RW untuk intervensi. " Pokoknya lengkap kasusnya, kami pengurus RW sudah capek mengurusinya," ungkapnya.
Budi yang membawahi 18 Ketua RT, sehari- harinya merupakan PNS yang bertugas di luar kota Salatiga. Kendati begitu, didukung perangkat RW lainnya, sepulang bekerja, ia selalu menyempatkan diri berkeliling kampung untuk memantau aktifitas warganya.Â
Kadang, sampai larut malam dirinya berpatroli dari satu RT ke RT lainnya, tujuannya hanya satu, memastikan warganya dalam kondisi aman.
Ia diminta membenahi perkampungan Pancuran yang selama ini dikenal kumuh, berpenduduk padat dan mempunyai tingkat kenakalan pemudanya lumayan tinggi. Spontan, mendapat tantangan tersebut, Budi langsung menyanggupinya.
Dengan menggandeng seluruh Ketua RT yang ada, Budi mulai bergerak merumuskan tantangan Camat Tingkir. Tahap awal, mereka melakukan pendekatan terhadap anak- anak muda yang mempunyai hoby berbuat onar.
Rupanya pembicaraan dari hati ke hati cukup mengena di kalangan warga. "Hasilnya, kalau masalah kriminal, kampung ini selama lima tahun terakhir sudah mengalami tingkat penurunan hingga 90 persen," jelas Budi serius.
Saluran irigasi yang dulunya terlihat kotor, dibenahi sehingga relatif bersih. Karena di tahun sebelumnya warga sudah memulai melakukan pengecatan di sana sini, akhirnya Budi dan perangkat kampung menemui Wali Kota Salatiga , Yulianto. Tujuannya, meminta dukungan agar Pancuran mampu menjadi kampung wisata.
Pertemuan singkat dengan Wali Kota membuahkan hasil berupa dukungan penuh, terkait hal tersebut, ikut digandeng sebuah perusahaan yang memproduksi cat. Produsen cat itu nantinya bakal memberikan support berupa bahan cat. "Ketika rencana ini kami sampaikan pada Didik Ompong yang merupakan seniman lukis kelahiran Pancuran, ternyata direspon positif," ungkap Budi.
Hampir tiga bulan penuh para seniman lukis beraksi di berbagai sudut kampung Pancuran, hasilnya, sekarang gambar- gambar pahlawan nasional asal Kota Salatiga mampu dinikmati.
Kendati secara keseluruhan baru sekitar 50 persen yang terisi mural, namun langkah tersebut sangat layak diapresiasi. Sebab, perubahan kampung kriminal menjadi kampung mural, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Sayang, jalanan berusia ratusan tahun itu sudah banyak yang diganti dengan aspal, cor mau pun paving.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H