Rumah warga yang ikut lebih berwarna (foto: dok pri)
Tanggal 17 Agustus 2018, seusai menggelar upacara hari ulang tahun kemerdekaan, dimulailah pembuatan mural. Didik Ompong sendiri mengerahkan puluhan pelukis Salatiga untuk menggambar tokoh- tokoh nasional di kanvas tembok. Sedangkan warga Pancuran ikut membantu mengecat dasar dan menyediakan konsumsi.
Hampir tiga bulan penuh para seniman lukis beraksi di berbagai sudut kampung Pancuran, hasilnya, sekarang gambar- gambar pahlawan nasional asal Kota Salatiga mampu dinikmati.
Kendati secara keseluruhan baru sekitar 50 persen yang terisi mural, namun langkah tersebut sangat layak diapresiasi. Sebab, perubahan kampung kriminal menjadi kampung mural, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Salah satu sudut kampung mural Pancuran (foto: dok pri)
Sebenarnya kampung Pancuran cukup layak dijadikan kampung warna yang tentunya bisa menjadi destinasi wisata, apa lagi di lokasi terdapat jalan bertegel batu peninggalan pemerintahan kolonial Belanda.
Sayang, jalanan berusia ratusan tahun itu sudah banyak yang diganti dengan aspal, cor mau pun paving.
Jalan bertegel batu peninggalan Belanda (foto: dok pri)
Itulah penelusuran ke kampung mural di pusat Kota Salatiga, seperti yang disampaikan Budi mau pun Kelik yang menjabat sebagai salah satu Ketua RT, Pancuran masih membutuhkan waktu serta dukungan penuh dari pemerintah kota agar mampu menjadi destinasi wisata. Â Yang pasti, perubahan moral yang ada sangat menginspirasi siapa pun. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya