Saat orang kebanyakan mengisi liburannya dengan mengunjungi berbagai destinasi wisata, puluhan Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga malah seharian membagikan sembako bagi 26 duafa. Sembako- sembako tersebut berasal dari Kompasiana, kok bisa ? Berikut catatannya, Minggu (14/1).
Tanggal 8 Agustus 2018 lalu, saya bersama sekitar 50 relawan membedah rumah milik Waliyah (87) warga Dusun Karang Salam RT 1 RW 1, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Di mana, kediaman nenek duafa tersebut, benar- benar sangat memperihatinkan. Selain posisinya berada di ujung kampung, nyaris material kayu di seluruh rumahnya telah keropos digerogoti rayap.
Butuh waktu dua hari untuk merampungkan pembangunan rumah sederhana bagi nenek yang hidup sendirian itu. Hingga usai bedah rumah, saya menulis artikel di Kompasiana, kebetulan tengah berlangsung blog competition Energi Baik untuk Kehidupan, iseng - iseng saya memberikan label lomba. Niat awalnya, bila nantinya menang, seluruh hadiah akan saya donasikan sepenuhnya untuk duafa.
Sebenarnya dana Rp 2.550.000 akan dimanfaatkan untuk tambahan anggaran bedah rumah milik mbah Muini (85) nenek duafa warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang menempati rumah sangat tak layak huni. Sayang, akibat ijin pemilik lahan belum keluar, akhirnya anggaran tersebut dialihkan ke berbagi sembako.
Seharian Penuh
Sembako yang didistribusikan sebenarnya hanya bernilai Rp 100.000/ paket, di mana selain beras isi 5 kilogram, terdapat mie instan, minyak goreng, gula dan teh. Kendati nilainya tak seberapa, namun, bila diserahkan pada orang yang tepat, maka sembako itu benar- benar sangat bermanfaat. Sebab, bagi para duafa yang tinggal di pelosok pedesaan, satu paket mampu dinikmati selama 2 minggu.
Pukul 09.00, sedikitnya 30 relawan sudah berkumpul di basecamp Relintas, setelah dibagi empat tim, masing- masing personil segera bergerak menuju sasaran. Kebetulan, saya sendiri mendapat jatah 6 orang duafa di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Jarak satu target dengan target lainnya, minimal 20 kilometer.
" Dulu saya pikir sembako senilai Rp 100.000 itu paling habis maksimal dua hari, ternyata, setelah saya mengikuti berulangkali program berbagi ini, saya dapat penjelasan dari para duafa bahwa satu paket sembako mampu untuk bertahan hidup selama dua minggu," kata Agong Wee yang belakangan menjabat sebagai Bendahara Relintas.
Apa yang disampaikan Agong, dibenarkan oleh Sumini (40) relawan asal Kecamatan Klego, kabupaten Boyolali.Dirinya mengaku bahagia bisa mengunjungi para duafa meski harus menempuh jarak sekitar 40 kilometer di tengah cuaca panas yang menyengat. " Saya tidak jera mengikuti liburan ala relawan Lintas Komunitas ini," jelasnya.
Hampir seharian penuh waktu yang dibutuhkan oleh tim yang mendapatkan jatah kunjungan ke Kabupaten Boyolali. Melalui medan jalanan makadam, hingga jalanan beton yang mulus, akhirnya pukul 17.00 tugas yang dibebankan tuntas. Itulah sedikit catatan mengenai sembako dari Kompasiana untuk 26 duafa yang tersebar di berbagai pedesaan yang membuat hidup relawan jadi semakin berwarna.(*)