Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kompasiana untuk 26 Duafa

14 Oktober 2018   17:00 Diperbarui: 14 Oktober 2018   17:30 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Yem (85) nenek lumpuh di Salatiga (foto: dok pri)

Saat orang kebanyakan mengisi liburannya dengan mengunjungi berbagai destinasi wisata, puluhan Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga malah seharian membagikan sembako bagi 26 duafa. Sembako- sembako tersebut berasal dari Kompasiana, kok bisa ? Berikut catatannya, Minggu (14/1).

Tanggal 8 Agustus 2018 lalu, saya bersama sekitar 50 relawan membedah rumah milik Waliyah (87) warga Dusun Karang Salam RT 1 RW 1, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Di mana, kediaman nenek duafa tersebut, benar- benar sangat memperihatinkan. Selain posisinya berada di ujung kampung, nyaris material kayu di seluruh rumahnya telah keropos digerogoti rayap.

Butuh waktu dua hari untuk merampungkan pembangunan rumah sederhana bagi nenek yang hidup sendirian itu. Hingga usai bedah rumah, saya menulis artikel di Kompasiana, kebetulan tengah berlangsung blog competition Energi Baik untuk Kehidupan, iseng - iseng saya memberikan label lomba. Niat awalnya, bila nantinya menang, seluruh hadiah akan saya donasikan sepenuhnya untuk duafa.

Sembako untuk nenek di desa Krandon Lor (foto: dok pri)
Sembako untuk nenek di desa Krandon Lor (foto: dok pri)
Sepertinya niat baik itu dibaca oleh Allah, sehingga, tanggal 4 Oktober 2018, saya dinyatakan menjadi pemenang atau juara II dengan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 3.000.000 (dipotong pajak tentunya). Kendati hadiah belum cair, namun, syahwat untuk mendonasikannya sudah tak terbendung. Akhirnya, saya menyetorkan uang tunai senilai Rp 2.550.000 (asumsinya sudah dipotong pajak) ke bendahara Relintas.

Sebenarnya dana Rp 2.550.000 akan dimanfaatkan untuk tambahan anggaran bedah rumah milik mbah Muini (85) nenek duafa warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang menempati rumah sangat tak layak huni. Sayang, akibat ijin pemilik lahan belum keluar, akhirnya anggaran tersebut dialihkan ke berbagi sembako.

Mbah Yem (85) nenek lumpuh di Salatiga (foto: dok pri)
Mbah Yem (85) nenek lumpuh di Salatiga (foto: dok pri)
Rabu (10/10) siang, relawan sebelumnya mengirimkan sembako sebanyak 6 kantong berikut pakaian layak pakai bagi 6 kepala keluarga (KK) di Dusun Pojok, Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, kabupaten Semarang yang terkena musibah kebakaran. Nyaris seluruh harta benda mereka ludes tak bersisa, sehingga sah adanya bila perlu mendapat perhatian.

Seharian Penuh

Sembako yang didistribusikan sebenarnya hanya bernilai Rp 100.000/ paket, di mana selain beras isi 5 kilogram, terdapat mie instan, minyak goreng, gula dan teh. Kendati nilainya tak seberapa, namun, bila diserahkan pada orang yang tepat, maka sembako itu benar- benar sangat bermanfaat. Sebab, bagi para duafa yang tinggal di pelosok pedesaan, satu paket mampu dinikmati selama 2 minggu.

Sembako untuk mbah Podi di desa Kadirejo (foto: dok pri)
Sembako untuk mbah Podi di desa Kadirejo (foto: dok pri)
Karena 6 paket sembako sudah lebih dulu diserahterimakan pada korban kebakaran, maka sisa sembako masih ada 20 paket. Para relawan yang memang memiliki program berbagi sembako tiap dua minggu sekali, akhirnya memutuskan untuk mendistribusikannya hari ini ke 20 orang duafa.

Pukul 09.00, sedikitnya 30 relawan sudah berkumpul di basecamp Relintas, setelah dibagi empat tim, masing- masing personil segera bergerak menuju sasaran. Kebetulan, saya sendiri mendapat jatah 6 orang duafa di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Jarak satu target dengan target lainnya, minimal 20 kilometer.

Mbah Jamilah di pelosok Kabupaten Boyolali (foto: dok pri)
Mbah Jamilah di pelosok Kabupaten Boyolali (foto: dok pri)
Sementara saya dan tim bergerak ke pelosok desa Kabupaten Semarang,tim lainnya juga mulai menelusuri perkampungan Kota Salatiga. Mayoritas sasaran Relintas sebelumnya adalah para duafa yang rumahnya pernah dibedah relawan. Mereka merupakan janda mau pun duda uzur yang kesulitan mencari nafkah di penghujung usianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun