Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Guru Mengaji Itu Sudah 1 Tahun Alami Kelumpuhan

16 Juli 2018   17:07 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:58 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Taslimah yang untuk merawat mbah Siti (foto: dok pri)

Sebelum dihajar asam urat, mbah Siti hidup bersama kakak kandungnya yang bernama Rohkiat. Setelah sang kakak meninggal, penyakitnya makin parah sehingga memaksanya menghentikan segala aktifitas. Kendati masih mempunyai semangat mengajarkan ilmu yang dikuasainya, namun, kondisi dua kakinya enggan diajak kompromi.

Dalhari yang ikut setia merawat mbah Siti (foto; dok pri)
Dalhari yang ikut setia merawat mbah Siti (foto; dok pri)
Paska meninggalnya Rohkiat, hidup mbah Siti diambil alih oleh Taslimah. Padahal, kondisi ekonomi janda dua anak itu juga kembang kempis, rumahnya hanya berdinding papan, berlantai tanah. Aliran listrik didapat dari program pemerintah yang memberikan bantuan listrik cuma- cuma. Kenapa Taslimah mau menampungnya ?

" Pertanyaannya saya balik saja, kalau saya menolak merawatnya, terus siapa yang mau merawat Siti ? Sedangkan semua saudara kandungnya sudah meninggal," tukas Taslimah.

Konsekuensi menampung mbah Siti, maka sehari- harinya Taslimah bertugas mirip seorang perawat. Dengan dibantu Dalhari, mereka menyiapkan segala kebutuhannya mulai makan, mandi, buang air besar dan keperluan lainnya. Pasalnya, mbah Siti hanya mampu tergolek di atas kasur.

" Siti sebenarnya bukan type orang yang suka merepotkan orang lain, hanya karena kondisinya seperti itu, mau tak mau ya harus dibantu orang lain," kata Taslimah.

Obat untuk mbah Siti Aminah (foto: dok pri)
Obat untuk mbah Siti Aminah (foto: dok pri)
Demi melihat kondisi mbah Siti, kami menawarkan diri untuk membawa mbah Siti berobat ke dokter. Namun, Taslimah mau pun mbah Siti menolaknya. Alasannya, bila diperiksa secara medis, pasti disuruh menjalani opname. Padahal, tak mungkin dibiarkan mondok sendirian. " Saya juga tidak kuat menjaganya terus menerus," ungkap Taslimah.

Karena tidak ada titik temu, akhirnya kami bersepakat untuk datang lagi sembari membawakan obat bagi mbah Siti. Beliau sangat antusias saat menerima sebotol obat herbal, sepertinya  obat tersebut pasti mampu menyembuhkannya. Secara spontan, mulutnya melantunkan berbagai doa- doa yang  seakan membaluri tubuh kami. Itulah sedikit cerita pilu seorang perempuan berusia senja, hidup tanpa keluarga namun tetap percaya akan kebesaranNya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun