Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penyandang Disabilitas ini Mengubah Limbah Kelapa Jadi Rupiah

18 Oktober 2017   16:07 Diperbarui: 19 Oktober 2017   03:44 4076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam kerajinan batok buatan Widi (foto: dok pri)
Beragam kerajinan batok buatan Widi (foto: dok pri)
Dari hasil mengolah limbah kelapa yang ditekuninya selama ini, Widi susah menghitung omzetnya. Sebab, terkadang orderan sepi namun kadang juga ramai. Meski begitu, semisal dipukul rata, saban bulan sekitar Rp 3 juta mampu dikantonginya. Tentunya hal tersebut sangat membanggakan, mengingat pekerjaannya tak berada di bawah kendali orang lain.

" Prinsip saya, ora ubet ora ngliwet ( tidak ulet tak bakal menanak nasi), yang penting mampu menjadi juragan bagi diri sendiri sudah cukup. Sebab, dengan segala keterbatasan yang ada pada diri saya, rasanya tak mungkin bekerja pada orang lain," ungkap Widi serius.

Sebelum mengakhiri perbincangannya, Widi masih memaparkan keinginannya. Di mana, dirinya masih ingin belajar pada perajin batok yang kebetulan namanya juga Widi warga Ambarawa , Kabupaten Semarang.Sedangkan yang terakhir, ada keinginan kuat Rumah Kreatif yang dirintisnya benar- benar bermanfaat bagi orang lain yang ingin menciptakan lapangan kerja sendiri.

Itulah sedikit perbincangan dengan Widi, penyandang disabilitas yang menolak menyerah pada keadaan. Segala langkahnya, harusnya mampu menjadi inspirasi bagi orang normal yang malas mencari nafkah. Sebab, faktanya, ayah satu anak itu tetap penuh semangat menjalani kehidupan dan tak memiliki kosa kata mengeluh. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun