Bila ibu-ibu yang memiliki hutang harus pontang-panting cari uang untuk melunasi kewajibannya, demikian pula dengan para pengurus kelompok. Mereka yang sudah masanya mempertanggungjawabkan keuangan, biasanya juga ikut pusing mengejar-ngejar “nasabah”nya. Langkah menjadi debt colector ini, rata- rata dimulai sejak H-7 pertemuan rutin.
Beberapa pengurus PKK, saking geregetannya malah sempat posting di akun media sosial miliknya masing- masing. Prinsipnya, mengeluhkan perilaku para “nasabah” yang tidak tertib dengan komitmennya. Salah satunya adalah ibu Retno (35), warga salah satu perumahan. Dalam status yang dipostingnya, ia mengaku pusing menghitung uang simpan pinjam PKK dan meminta besok agar posisinya diganti orang lain.
Itulah sedikit catatan fenomena sosial di masyarakat Kota Salatiga dan sekitarnya, niat baik untuk saling membantu, menimbulkan persoalan tersendiri di pertengahan bulan Ramadan. Kendati jelas- jelas sudah menjadi penyakit laten tahunan, namun, sepertinya sulit dihilangkan karena telah jadi tradisi. Sepertinya, syahwat berhutang berbunga rendah memang sudah ditahan. Bagaimana dengan kampung Anda? Selamat menjalankan ibadah puasa, jaga diri jaga hati dan jangan lupa, tuntaskan kewajibannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H