Anak- anak muda di Kota Salatiga yang merasa perihatin atas kondisi monumen tiga pahlawan nasional di daerahnya, Minggu (23/4) pagi menggelar aksi sosial. Selain melakukan aktifitas bersih- bersih, mereka juga menggalang kumpul koin yang akan diberikan pada pemerintah kota (Pemkot) setempat.
Aksi yang digelar anak- anak muda dari komunitas Rakyat Peduli Salatiga (RPS) dan dibantu masyarakat pejalan kaki itu, dlakukan di area lapangan Pancasila, Kota Salatiga. Di mana, di lokasi tersebut, terdapat monumen yang dibangun pemerintah setempat untuk menghormati tiga pahlawan nasional yang lahir di Salatiga.
Sembari menyiapkan kotak kardus bersegel lakban yang bagian tengahnya dilobangi, mereka menemui para pengguna jalan mau pun masyarakat yang berada di lokasi. Selain itu, ikut dibentangkan kain putih sepanjang 5 meter berisikan tanda tangan warga yang mendukung pemugaran monumen. “ Baik kotak sumbangan mau pun tanda tangan warga, rencananya Selasa (25/4) akan kami serahkan kepada Pj Walikota Salatiga,” ungkap salah satu pemuda.
Sayang, setelah melewati perjalanan hampir 43 tahun, monumen tersebut tak mendapat perhatian pihak Pemkot. Jangankan dibangun monumen pengganti yang lebih mentereng, perawatan area monumen sendiri terabaikan. Celakanya, di halaman kantor DPRD Kota Salatiga belum lama ini berdiri lima patung kuda yang terlihat lebih eksklusif. Entah apa relevansinya dengan kepahlawanan, yang jelas patung- patung binatang itu terkesan mewah.
Kesan apatis pihak Pemkot Salatiga dalam menyikapi monumen pahlawan nasional putra daerah yang telah mengorbankan nyawanya itu, membuat anak- anak muda di Salatiga bereaksi. Sejak pk 07.00, mereka sudah berada di lokasi sembari membentangkan kain putih bertuliskan “Dukungan warga Salatiga untuk Pembangunan Monumen Pahlawan ”. Mereka meminta para pejalan kaki mau pun pengguna jalan yang kebetulan lewat untuk memberikan dukungan melalui tanda tangan di atas selembar kain putih.
Kehadiran anak- anak muda yang menggelar aksi ini, tak pelak mengundang simpati masyarakat yang tengah berolahraga pagi. Apa lagi setelah mengetahui akar masalahnya, mereka langsung membubuhkan tanda tangannya sembari merogoh recehan untuk dimasukkan ke dalam kotak kardus. Sementara kegiatan kumpul koin berjalan, anak- anak muda yang biasa beraktifitas sosial tersebut juga membersihkan seluruh area monumen agar tak terlihat kumuh.
Aki bersih- bersih ini, rupanya mengundang simpati warga Salatiga yang tengah berolahraga di lapangan Pancasila. Tanpa diminta, puluhan orang langsung ikut bergabung untuk memperlihatkan empatinya. Hampir 2,5 jam kegiatan yang sarat pesan moral tersebut berlangsung. Pk 09.30 seluruh aktifitas diakhiri dengan cara menghormat kepada tiga patung pahlawan nasional.
Terkait hal tersebut, Suwarno mengapresiasi langkah anak- anak muda yang lebih menghargai jasa para pahlawannya. Dirinya berharap, monumen sarat sejarah yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari Balaikota segera dibangun sehingga mampu menjadi ikon bagi Salatiga. “ Masak, hanya bangun monument saja tidak mampu,” tukasnya.
Begitu pun dengan warga Salatiga di perantauan, Petrus Fajar Tri Wicaksono yang bekerja di salah satu stasiun televisi swasta nasional di Jakarta, menyatakan siap membantu pembangunan monumen pengganti. Ia berpesan, bila ada penggalangan dana dirinya diminta dikabari agar bisa ikut andil. “ Saya dengan teman- teman asal Salatiga di Jakarta pasti akan ikut,” tukasnya.
Itulah sedikit aksi warga terkini dalam menyikapi keberadaan monumen tiga pahlawan nasional yang sudah uzur. Paska munculnya artikel tentang cara Salatiga dalam menghargai jasa pahlawannya, desakan untuk membangun monumen yang lebih representatif terus berdatangan. Lantas, bagaimana sikap pemerintah kota Salatiga ? Tunggu saja hari Selasa mendatang, pasalnya dua hari lagi aktifis RPS akan menemui Pj Walikota Achmad Rofai di kantornya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H